Kata bijak
Diposting oleh
Unknown
on Rabu, 22 Januari 2014
/
Comments: (0)
STRESS
bisa membuat seseorang menjadi kacau, kacau dalam berfikir. TAPI ketika
engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu - INGATLAH akan mereka
para sukarelawan/pengangguran dan orang yang menginginkan pekerjaanmu.
12 kata “JANGAN MENUNGGU” yang perlu dihindari:
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan.
5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!
Semoga bermanfaat
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan.
5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!
Semoga bermanfaat
HAK-HAK SUAMI ATAS ISTRINYA
Diposting oleh
Unknown
on Senin, 20 Januari 2014
/
Comments: (0)
Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits al-Fiyush. Disusun Oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrohim Hafizhahulloh Fiyuz Yaman
=============
Asy-Syaikh as-Sa’di berkata, “Wajib bagi istri untuk menaati suaminya ketika diajak ke ranjang.”
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny menjelaskan: Penulis kitab ini menyebutkan hak2 suami atas istrinya.
Di antara hak suami atas istrinya adalah:
1. Ditaati ketika mengajaknya jima’
Sudah dimaklumi bahwa jima’ termasuk tujuan terbesar dalam pernikahan.
Seorang laki2 menikahi wanita karena ingin menjaga kehormatannya, dan bersenang-senang dengan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala.
Seorang laki2 menikahi wanita karena ingin menjaga kehormatannya, dan bersenang-senang dengan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, tidak boleh bagi istri untuk menolak
ajakan suaminya. Bahkan penolakan istri terhadap ajakan suaminya
merupakan dosa besar, apabila si istri tidak memiliki uzur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila suami mengajak istrinya ke ranjang, namun dia menolak untuk datang, para malaikat melaknatnya sampai pagi.”
Adanya laknat tersebut menunjukkan bahwa perbuatan itu termasuk dosa besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga
golongan yang shalat mereka tidak sampai melampaui telinga mereka (yakni
tidak diberi pahala), di antara mereka adalah seorang istri yang
melalui malamnya, sementara suaminya dalam keadaan murka kepadanya.”
Maka, tidak boleh bagi istri untuk menolak ajakan suaminya ke ranjang, karena hal itu termasuk hak suami atas istrinya.
Kecuali, apabila istri memiliki uzur seperti sakit yang parah, haid, nifas, atau diminta oleh suaminya tapi di tempat yang tidak diperbolehkan seperti di dubur, karena perbuatan ini dilaknat dan termasuk luthiyyah shughra.
(Kalau dilakukan sesama lelaki dinamakan luthiyyah kubra)
Wallahu a’lam bish shawab.
Kecuali, apabila istri memiliki uzur seperti sakit yang parah, haid, nifas, atau diminta oleh suaminya tapi di tempat yang tidak diperbolehkan seperti di dubur, karena perbuatan ini dilaknat dan termasuk luthiyyah shughra.
(Kalau dilakukan sesama lelaki dinamakan luthiyyah kubra)
Wallahu a’lam bish shawab.
*****
2. Istri tidak boleh keluar rumah ataupun melakukan safar kecuali dengan seizin suami.
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny menjelaskan:
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Hendaklah kalian (wahai wanita) tetap tinggal di rumah kalian.”
[al-Ahzab:33]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
istri kalian meminta izin untuk pergi ke masjid, janganlah suami
melarangnya.”
Para ulama berkata, “Hadits di atas merupakan dalil yang menunjukkan bahwa izinnya istri ada di tangan suami.”
Seandainya izin itu bukan di tangan suami, niscaya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan para
suami agar memberikan izin kepada wanita yang ingin pergi ke masjid.
Hal ini menunjukkan bahwa urusan keluarnya istri itu di bawah izin suami.
Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak memperbolehkan para suami untuk melarang istrinya, jika
minta izin untuk ke masjid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
maknanya, “(Wahai sekalian suami, yang di tanganmulah perizinan atau
pelarangan), apabila istrimu minta izin kepadamu untuk ke masjid,
janganlah kamu melarangnya.”
Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali dengan seizin suaminya.
Adapun safar maka lebih layak lagi bagi istri untuk minta izin kepada suaminya.
Safarnya istri tanpa izin suami dan tanpa kebutuhan yang mendesak (darurat) adalah haram (tidak diperbolehkan).
Namun (yang perlu diperhatikan para suami), di saat yang
sama, suami tidak sepatutnya menyusahkan/melarang istri keluar rumah
untuk memenuhi hajatnya, apalagi yang bersifat urgen dan darurat, karena
setiap wanita pasti memiliki kebutuhan yang dia perlukan di luar rumah,
misalnya: berobat, silaturrahmi, atau kebutuhan lain yang diperlukan
untuk kemaslahatan dan kebaikan mereka.
Sekali lagi, wahai suami, tidak seyogianya kalian untuk menyusahkan, bersikap kaku, dan menyakiti perasaan istri.
Istri ingin keluar ke masjid, lalu minta izin kepadamu, ternyata engkau tidak mengizinkannya.
Maka dirimu telah terjatuh ke dalam penentangan terhadap petunjuk Rasul agar tidak melarang wanita yang meminta izin kepadamu untuk ke masjid.
(Kecuali, kalau dikhawatirkan timbul fitnah/kejelekan, atau tidak aman dari fitnah)
Maka dirimu telah terjatuh ke dalam penentangan terhadap petunjuk Rasul agar tidak melarang wanita yang meminta izin kepadamu untuk ke masjid.
(Kecuali, kalau dikhawatirkan timbul fitnah/kejelekan, atau tidak aman dari fitnah)
Yang mengherankan, si istri ingin keluar rumah untuk thalabul ilmi yang itu bersifat urgen, lalu engkau melarangnya pula.
Padahal, wajib bagimu untuk mengajari dan mendidik istri tentang perkara agama yang dibutuhkan olehnya.
Dan ini termasuk hak istri atas suami.
Padahal, wajib bagimu untuk mengajari dan mendidik istri tentang perkara agama yang dibutuhkan olehnya.
Dan ini termasuk hak istri atas suami.
Kecuali ya ikhwah,
Jikalau keluarnya istri ke sebagian kerabatnya menyebabkan rusaknya hubunganmu dengan istrimu. Setiap istri diizinkan ke rumah kerabatnya, pulang2 menjadi buruk akhlaknya, sombong, keras, durhaka, dan semakin berani kepada suaminya.
Engkau merasa dengan kepergiannya ke rumah saudaranya justru menimbulkan dampak negatif/kerusakan terhadap istri.
Jikalau keluarnya istri ke sebagian kerabatnya menyebabkan rusaknya hubunganmu dengan istrimu. Setiap istri diizinkan ke rumah kerabatnya, pulang2 menjadi buruk akhlaknya, sombong, keras, durhaka, dan semakin berani kepada suaminya.
Engkau merasa dengan kepergiannya ke rumah saudaranya justru menimbulkan dampak negatif/kerusakan terhadap istri.
Maka, suami yang bijak tentu tidak akan menghalangi
istrinya untuk silaturrahmi ke karib kerabatnya, sehingga terjatuh ke
dalam perbuatan memutus hubungan silaturrahmi.
Suami harus bisa mengatur dengan baik dalam memberikan izin
kepada istrinya. Misalnya, dengan tidak memberikan izin ke rumah
kerabatnya tadi, kecuali setelah melewati beberapa waktu lamanya (tidak
sering2).
Wallahu a’lam bish shawab.
Wallahu a’lam bish shawab.
*******
3. Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Bagi istri untuk menjalankan tugasnya (di rumah) dengan membuatkan roti (makanan), membuat adonan, memasak, dan yang semisalnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah menjelaskan:
Di antara hak suami atas istrinya adalah dilayani (oleh istrinya) di rumahnya.
Pada permasalahan ini terdapat khilaf di kalangan para
ulama, yakni apakah wajib seorang istri untuk berkhidmah/melayani
suaminya dengan mencucikan baju, menyiapkan makanan,
menyiapkan/merapikan tempat tidur, dan membersihkan rumah.
Pendapat yang kuat adalah wajib atas istri untuk berkhidmah kepada suaminya.
Dalilnya adalah apa terjadi di masa kenabian berupa khidmah/pelayanan para istri kepada suaminya.
Di antaranya adalah hadits tentang kisah Fathimah radhiyallahu ‘anha.
Alkisah, Fathimah mendengar kedatangan para tawanan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu, Fathimah mendatangi beliau, tapi tidak mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Fathimah hanya mendapati Aisyah. Maka, Fathimah mengadukan tentang pekerjaan yang dilakukannya, yaitu menggiling adonan tepung dengan tangannya sampai membekas.
Maka, Fathimah ingin minta tawanan yang baru datang untuk dijadikan sebagai khadim (pembantu).
Lalu, datanglah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aisyah pun menceritakan tentang kedatangan Fathimah dan keinginannya. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka berdua (Ali dan Fathimah).
Nabi memberikan arahan kepada mereka dengan zikir.
Beliau berkata, “Apabila engkau ingin tidur, hendaklah bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali.”
Lalu beliau bersabda, “Ini semua lebih baik bagimu daripada khadim (pembantu).
Hal ini menunjukkan bahwa Fathimah, sayyidah seluruh wanita di alam ini, telah berkhidmah kepada suaminya.
Sampai2 pekerjaannya yang begitu berat membekas di tangannya.
Sampai2 pekerjaannya yang begitu berat membekas di tangannya.
Demikian pula halnya Asma bintu Abi Bakar.
Beliau berkhidmah kepada suaminya, Zubair Ibnul ‘Awwam dengan khidmah yang agung.
Asma mengurusi kudanya Zubair, mencarikan makanan untuk kudanya, dan membawakan sesuatu dari jarak yang jauh (sebagai bentuk khidmahnya kepada suami).
Semua itu terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalil lain yang menunjukkan atas wajibnya istri berkhidmah
kepada suaminya adalah hadits Jabir radhiyallahu. Jabir menikahi janda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja, sehingga bisa bermain2 dengannya, dan dia juga bisa bermain2 denganmu; engkau bisa bercumbu rayu dengannya, dan dia pun juga.”
Jabir menjawab, “Sesungguhnya aku memiliki banyak saudara perempuan (yang masih kecil), aku ingin memiliki istri yang bisa mengurusi dan melayani keperluan mereka.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja, sehingga bisa bermain2 dengannya, dan dia juga bisa bermain2 denganmu; engkau bisa bercumbu rayu dengannya, dan dia pun juga.”
Jabir menjawab, “Sesungguhnya aku memiliki banyak saudara perempuan (yang masih kecil), aku ingin memiliki istri yang bisa mengurusi dan melayani keperluan mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sebaik-baik wanita adalah yang mengendarai unta (wanita Arab), dan
sebaik-baik wanita adalah Quraisy, karena mereka lebih penyayang
terhadap anak2 kecil, dan lebih bisa menjaga/amanah terhadap harta
suaminya.” [Bukhari dan Muslim]
Maka, wajib bagi istri untuk berkhidmah kepada suaminya dengan cara yang baik.
Allah tidaklah membebani seseorang di luar batas kemampuannya, atau sesuatu yang di luar keumuman adat kebiasaan yang berlaku.
Misalnya: di suatu masyarakat tertentu ada kebiasaan untuk seorang istri melayani dengan sempurna seluruh kebutuhan suaminya.
Maka, wanita ketika ingin dinikahi hendaknya dia memberikan syarat kepada calon suaminya untuk tidak melakukan khidmah yang seperti itu.
Allah tidaklah membebani seseorang di luar batas kemampuannya, atau sesuatu yang di luar keumuman adat kebiasaan yang berlaku.
Misalnya: di suatu masyarakat tertentu ada kebiasaan untuk seorang istri melayani dengan sempurna seluruh kebutuhan suaminya.
Maka, wanita ketika ingin dinikahi hendaknya dia memberikan syarat kepada calon suaminya untuk tidak melakukan khidmah yang seperti itu.
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah menyebutkan sebagian hak suami atas istrinya.
Dan telah diketahui bersama, bahwa hak suami atas istrinya sangatlah besar.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya, “Seandainya aku boleh
memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, sungguh aku akan
perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
Wanita yang beriman, salihah, dan bertakwa akan selalu menjalankan seluruh perkara yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Inilah sebab yang akan mengantarkannya kepada kebahagiaan, dan memasukkan wanita ke dalam jannah-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
wanita telah shalat 5 waktu, menunaikan zakat hartanya, menjaga
kemaluannya, menaati suaminya, dikatakan kepadanya, ‘Masuklah kamu ke
jannah dari pintu mana saja yang kamu inginkan.’”
Laki2 adalah pemimpin bagi wanita.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki2) atas sebagian yang lain (wanita); dan karena mereka (laki2) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” [al-Ahzab: 34]
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki2) atas sebagian yang lain (wanita); dan karena mereka (laki2) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” [al-Ahzab: 34]
Kenapa Allah letakkan kepemimpinan pada laki2?
Hal itu karena 2 perkara:
1. Karena kelebihan yang Allah berikan atas sebagian mereka (laki2) di atas sebagian yang lainnya (wanita).
Laki2 dilebihkan atas wanita pada banyak perkara, di antaranya dalam permasalahan diyat, warisan, dan persaksian.Hal itu karena 2 perkara:
1. Karena kelebihan yang Allah berikan atas sebagian mereka (laki2) di atas sebagian yang lainnya (wanita).
2. Karena nafkah yang mereka berikan kepada istri.
Maka, seseorang yang telah menafkahi wanita, dia memiliki hak atas wanita tersebut.
Demikianlah Allah berfirman (yang artinya), “Akan tetapi
para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.”
[al-Baqarah: 228]
Maka, suami diperintahkan untuk mempergauli istri dengan
baik, begitu pula istri, sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya),
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang baik.” [al-Baqarah: 228]
Di antara hak suami atas istrinya pula adalah:
-Engkau tidak berpuasa sunnah kecuali dengan seizin suami.
-Engkau menaati suami dalam perkara yang baik, bukan dalam kemaksiatan.
-Engkau tidak berpuasa sunnah kecuali dengan seizin suami.
-Engkau menaati suami dalam perkara yang baik, bukan dalam kemaksiatan.
Wahai para wanita,
hendaknya engkau semangat untuk meraih ridha suami, berpenampilan bagus dan menarik di hadapan suami, berakhlak yang baik bersamanya, menjaga harta suami dan kehormatan dirinya di saat suami tidak ada di sisinya, mengurusi, melayani, menjaga, dan mendidik putra-putrinya, dan berbuat baik kepada orang tua serta karib kerabatnya.
hendaknya engkau semangat untuk meraih ridha suami, berpenampilan bagus dan menarik di hadapan suami, berakhlak yang baik bersamanya, menjaga harta suami dan kehormatan dirinya di saat suami tidak ada di sisinya, mengurusi, melayani, menjaga, dan mendidik putra-putrinya, dan berbuat baik kepada orang tua serta karib kerabatnya.
Itulah beberapa kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang istri terhadap suaminya.
Sekali lagi, wajib bagi para istri untuk bersemangat dalam membahagiakan suaminya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber
: Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh asy-Syaikh
Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits
al-Fiyush. Disusun Oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrohim Fiyuz Yaman, Dikumpulkan Oleh: dr. Abu Hana El-Firdan
Forward dari WhatsApp SalafyIndonesia
HAK-HAK ISTRI ATAS SUAMI
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits al-Fiyush. Disusun Oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrohim Hafizhahulloh Fiyuz Yaman
Jika engkau bersabar terhadapnya, semoga Allah memperbaiki istrimu di masa mendatang, dan menjadikannya qurrata a’yun (penyejuk hatimu).
=============
★ Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Wajib atas suami untuk menafkahi dan memberi pakaian kepada istri.”
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny menjelaskan:
Di antara hak istri atas suaminya adalah dinafkahi dan diberi pakaian dengan cara yang baik.
Sebagaimana suami memiliki hak atas istrinya, demikian pula istri memiliki hak atas suaminya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika mereka
menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.”
[an-Nisa: 34]
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik.” [an-Nisa: 19]
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), ” Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang
baik.” [al-Baqarah: 228]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Sesungguhnya istrimu memiliki hak atasmu.” [Muttafaqun 'alaih]
Jadi, wanita memiliki hak atas suaminya sebagaimana suami juga memiliki hak atas istrinya.
Di antara hak istri atas suami adalah nafkah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” [al-Baqarah: 233]
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” [al-Baqarah: 233]
Perintah ini ditujukan untuk suami.
Jadi, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dan memberi pakaian kepadanya.
Jadi, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dan memberi pakaian kepadanya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Mu’awiyah
al-Qusyairi, beliau berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah, “Apa hak
istri atas kita?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau memberinya makan, jika
engkau makan; dan engkau memberinya pakaian, jika engkau berpakaian;
janganlah engkau memukul wajah, mencelanya, dan memboikot istri kecuali
di rumah.”
Inilah hak istri atas suami.
Maka, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dengan cara yang baik.
Dan termasuk dari nafkah adalah pakaian.
Maka, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dengan cara yang baik.
Dan termasuk dari nafkah adalah pakaian.
Bagi para istri,
Janganlah engkau menyusahkan suamimu (dengan berbagai tuntutanmu).
Hendaklah engkau bersabar atas kefakiran dan sedikitnya harta suamimu.
Janganlah engkau menyusahkan suamimu (dengan berbagai tuntutanmu).
Hendaklah engkau bersabar atas kefakiran dan sedikitnya harta suamimu.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” [ath-Thalaq: 7]
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” [ath-Thalaq: 7]
Barang siapa yang diluaskan rezekinya oleh Allah, hendaknya
dia berbuat baik kepada istri dan anak2nya serta menyenangkan mereka,
karena hal ini termasuk mempergauli mereka dengan cara yang baik.
(Asy-Syaikh Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsir
terhadap ayat di atas, “Hendaklah orang yang kaya (mampu), menafkahi
(istrinya) dari kekayaannya, dan janganlah dia menafkahi istrinya
seperti nafkah yang diberikan oleh orang yang fakir-pen).
Akan tetapi, tentunya nafkah yang diberikan itu tidak
berlebih-lebihan, boros, menghambur-hamburkan harta, dan tidak
merusak/menimbulkan dampak yang buruk bagi mereka.
Karena, terkadang dengan banyaknya nafkah, harta, dan pemberian, hal itu justru tidak baik dan merusak mereka.
Wallahu a’lam bish shawab.
*******
★Asy-Syaikh
as-Sa’di berkata, ” Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Pergaulilah
mereka (para istri) dengan cara yang baik.’” [an-Nisa: 19]
Di antara hak istri atas suami adalah mendapatkan hak di ranjang (jimak).
Telah
lewat pada penjelasan yang lalu bahwa di antara tujuan pernikahan
adalah menjaga kehormatan dengan melakukan perkara yang dihalalkan oleh
Allah atas suami istri, yaitu jimak.
Hendaklah suami memerhatikan dan menunaikan hak istri pada sisi ini.
Janganlah sang suami sampai menelantarkan dan meninggalkan istri pada sisi ini, sehingga istri tidak mendapatkan haknya.
Janganlah sang suami sampai menelantarkan dan meninggalkan istri pada sisi ini, sehingga istri tidak mendapatkan haknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
قَالُوا: يَا رَسُولَ الله أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ
فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ
عَلَيْهِ فِيهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ
لَهُ أجر
” Dan pada hubungan jimak kalian juga sedekah.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang melampiaskan syahwatnya dia mendapatkan pahala?
Beliau menjawab, “Bukankah kalau dia melampiaskannya pada yang haram, dia berdosa?
Maka begitulah, jika dia melampiaskannya pada yang halal, dia pun mendapatkan pahala.” [Muslim]
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang melampiaskan syahwatnya dia mendapatkan pahala?
Beliau menjawab, “Bukankah kalau dia melampiaskannya pada yang haram, dia berdosa?
Maka begitulah, jika dia melampiaskannya pada yang halal, dia pun mendapatkan pahala.” [Muslim]
Di antara hak istri atas suami sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٍ
“Berbuat baiklah kepada wanita. Sesungguhnya istrimu ibarat tawanan di sisimu.”
Perhatikan wahai para suami, camkan dan resapi maknanya!
Sesungguhnya istrimu itu ibarat tawanan di sisimu.
Maka, berbuat baiklah kepada tawananmu.
Suami adalah pemimpin.
Akan tetapi, hendaknya dia berlemah lembut terhadap istri.
Sesungguhnya istrimu itu ibarat tawanan di sisimu.
Maka, berbuat baiklah kepada tawananmu.
Suami adalah pemimpin.
Akan tetapi, hendaknya dia berlemah lembut terhadap istri.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka akan
menjauh dari sekelilingmu.” [Ali Imran: 159]
Sekali lagi, suami hendaknya yang lembut terhadap istri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
bimbingan untuk berlemah lembut terhadap tawanan, dan berbuat baik
kepadanya, serta bersabar terhadap gangguan yang datang darinya dalam
rangka meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau adalah sayyid bani Adam, sebaik-baik manusia.
Istri beliau adalah sebaik-baik wanita.
Tapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bersabar ketika dijauhi oleh sebagian istrinya sehari penuh.
Istri beliau adalah sebaik-baik wanita.
Tapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bersabar ketika dijauhi oleh sebagian istrinya sehari penuh.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan pergaulilah
mereka dengan cara yang baik. Jika kamu tidak menyukai mereka,
(bersabarlah). Bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [an-Nisa: 19]
Wahai suami,
Jika engkau tidak suka kepadanya, bersabarlah dan janganlah engkau terburu-buru menceraikannya!
Jika engkau tidak suka kepadanya, bersabarlah dan janganlah engkau terburu-buru menceraikannya!
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bisa jadi kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” [an-Nisa: 19]
Walaupun terkadang istri telah menyakiti hatimu, bersabarlah!Jika engkau bersabar terhadapnya, semoga Allah memperbaiki istrimu di masa mendatang, dan menjadikannya qurrata a’yun (penyejuk hatimu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah sampai seorang mukmin
(suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)
perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Inilah timbangan bagi kalian!
Wahai suami, janganlah engkau meminta kesempurnaan pada istrimu.
Lihatlah di sekelilingmu!
Ternyata di antara laki2 saja, sedikit yang memiliki akhlak dan perangai yang sempurna.
Terkadang dia kelihatan baik, tapi lambat laun ternyata dia juga memiliki sifat yang jelek, walaupun itu jumlahnya satu, dua, tiga, atau empat.
Wahai suami, janganlah engkau meminta kesempurnaan pada istrimu.
Lihatlah di sekelilingmu!
Ternyata di antara laki2 saja, sedikit yang memiliki akhlak dan perangai yang sempurna.
Terkadang dia kelihatan baik, tapi lambat laun ternyata dia juga memiliki sifat yang jelek, walaupun itu jumlahnya satu, dua, tiga, atau empat.
Demikian pula halnya wanita. Apabila kesempurnaan jarang
terdapat pada laki2, bagaimana mungkin engkau menuntut kesempurnaan pada
wanita.
Lihatlah, terkadang wanita itu kurang bagus akhlaknya, tapi agamanya bagus.
Terkadang pula agamanya bagus, akan tetapi pemboros (kurang bisa mengelola keuangan dengan baik).
Terkadang dia cantik, tapi buruk perangainya.
Terkadang ada sifat buruk, tapi dia penyayang terhadapmu, anak2, dan orang tuamu.
Terkadang, terkadang, dan terkadang,…
Walhasil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sampai seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Terkadang pula agamanya bagus, akan tetapi pemboros (kurang bisa mengelola keuangan dengan baik).
Terkadang dia cantik, tapi buruk perangainya.
Terkadang ada sifat buruk, tapi dia penyayang terhadapmu, anak2, dan orang tuamu.
Terkadang, terkadang, dan terkadang,…
Walhasil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sampai seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Sikap inshaf (adil), jujur, dan dewasa sangatlah diperlukan.
Hendaklah dia adil dan jujur terhadap dirinya.
Ketahuilah, sebagaimana engkau mengakui segala kekurangan yang ada pada dirimu, janganlah engkau menuntut kesempurnaan pada orang lain, terkhusus kepada wanita (istri).
Hendaklah dia adil dan jujur terhadap dirinya.
Ketahuilah, sebagaimana engkau mengakui segala kekurangan yang ada pada dirimu, janganlah engkau menuntut kesempurnaan pada orang lain, terkhusus kepada wanita (istri).
Wallahu a’lam bish shawab.
Bersambung, insya Allah…
Sumber :
Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh asy-Syaikh
Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits
al-Fiyush. Disusun Oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrohim Fiyuz Yaman,
Dikumpulkan Oleh: dr. Abu Hana El-Firdan
Forward dari WhatsApp SalafyIndonesia
(lengkap) PANDUAN,CARA & DO’A SHOLAT ISTIKHARAH YANG BENAR : “Sholat Istikhoroh” untuk jodoh maupun urusan lain | Bolehkan do’a Istikharah dengan bahasa Indonesia? | Bolehkah do’a Istikhoroh tanpa Sholat dulu? | Apakah jawaban & hasil sholat Istikharah harus dalam bentuk “mimpi” atau hati yang mantap?
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ
بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ
وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ
قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ
بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي
فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ
أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي
الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami
istikharah dalam setiap urusan yan kami hadapi sebagaimana beliau
mengajarkan kami suatu surah dari Al-Qur’an. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka
ruku’lah (shalat) dua raka’at yang bukan shalat wajib kemudian
berdo’alah:
Cara menyebutkan urusannya misalnya: Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa safar ini atau pernikahan ini atau usaha ini atau mobil ini baik bagiku …, dan seterusnya.
Penjelasan ringkas:
Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah, mereka sangat membutuhkan bantuan dari Allah Ta’ala dalam semua urusan mereka. Hal itu karena dia tidak mengetahui hal yang ghaib sehingga dia tidak bisa mengetahui mana amalan yang akan mendatangkan kebaikan dan mana yang akan mendatangkan kejelekan bagi dirinya. Karenanya, terkadang seseorang hendak mengerjakan suatu perkara dalam keadaan dia tidak mengetahui akibat yang akan lahir dari perkara tersebut atau hasilnya mungkin akan meleset dari perkiraannya.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mensyariatkan adanya istikharah, yaitu permintaan kepada Allah agar Dia berkenan memberikan hidayah kepadanya menuju kepada kebaikan. Yang mana doa istikharah ini dipanjatkan kepada Allah setelah dia mengerjakan shalat sunnah dua rakaat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ. وَهُوَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Al-Qashash: 68-70)
Imam Muhammad bin Ahmad Al-Qurthuby rahimahullah berkata, “Sebagian ulama mengatakan: Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk mengerjakan suatu urusan dari urusan-urusan dunia kecuali setelah dia meminta pilihan kepada Allah dalam urusan tersebut. Yaitu dengan dia shalat dua rakaat shalat istikharah.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/202)
Shalat istikharah termasuk dari shalat-shalat sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Al-Hafizh Al-Iraqi berkata -sebagaimana dalam Fath Al-Bari (11/221-222), “Saya tidak mengetahui ada ulama yang berpendapat wajibnya shalat istikharah.”
Faidah:
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/220), “Ibnu Abi Hamzah berkata: Amalan yang wajib dan yang sunnah tidak perlu melakukan istikharah dalam melakukannya, sebagaimana yang haram dan makruh tidak perlu melakukan istikharah dalam meninggalkannya.
Maka urusan yang butuh istikharah hanya terbatas pada perkara yang mubah dan dalam urusan yang sunnah jika di depannya ada dua amalan sunnah yang hanya bisa dikerjakan salah satunya, mana yang dia kerjakan lebih dahulu dan yang dia mencukupkan diri dengannya.” Maka janganlah sekali-kali kamu meremehkan suatu urusan, akan tetapi hendaknya kamu beristikharah kepada Allah dalam urusan yang kecil dan yang besar, yang mulia atau yang rendah, dan pada semua amalan yang disyariatkan istikharah padanya. Karena terkadang ada amalan yang dianggap remeh akan tetapi lahir darinya perkara yang mulia.”
Berikut beberapa permasalahan yang sering ditanyakan berkenaan dengan istikharah:
Ucapan ini menunjukkan bahwa dalam istikharah seseorang hanya boleh membaca doa di atas sesuai dengan konteks aslinya, tidak boleh ada penambahan dan tidak boleh juga ada pengurangan. Hal itu karena Nabi shallallahu alaihi wasallam menyerupakan pengajaran istikharah seperti pengajaran surah Al-Qur`an. Maka sebagaimana suatu ayat dalam Al-Qur`an tidak boleh ditambah atau dikurangi atau dirubah maka demikian halnya dengan doa istikharah. Karenanya tidak boleh berdoa dengan membaca terjemahannya semata, tapi dia harus membacanya sebagaimana Nabi mengajarkannya.
Barangsiapa yang berdoa dengan terjemahannya maka dia tidak teranggap melakukan istikharah, akan tetapi dia hanya dianggap sedang berdoa kepada Allah. Hal ini telah diisyaratkan oleh Muhammad bin Abdillah bin Al-Haaj Al-Maliki rahimahullah dalam Al-Madkhal (4/37-38)
Akan tetapi jika dia ada uzur dalam mengerjakan shalat -misalnya wanita yang tengah haid atau nifas-, maka dia boleh langsung berdoa dan itu sudah dianggap sebagai istikharah karenanya adanya uzur untuk tidak mengerjakan shalat. Ini merupakan mazhab Al-Hanafiah, Al-Malikiah, dan Asy-Syafi’iyah.
Imam An-Nawawi berkata dalam Al-Adzkar hal. 112, “Jika dia tidak bisa mengerjakan shalat karena ada uzur, maka hendaknya dia cukup beristikharah dengan doa.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Jika dia meniatkan shalat itu dengan niatnya dan dengan niat shalat istikharah secara bersamaan (menggabungkan niatnya, pent.) maka shalatnya itu sudah syah dianggap sebagai istikharah, berbeda halnya jika dia tidak meniatkannya (sebagai shalat istikharah).” (Fath Al-Bari: 11/221)
Sekedar menguatkan isi hadits, bahwa dua rakaat yang dimaksud haruslah merupakan shalat sunnah. Karenanya shalat subuh tidak bisa diniatkan sebagai shalat istikharah karena dia merupakan shalat wajib.
Inilah pendapat yang benar karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan adanya surah tertentu yang lebih utama dibaca dalam shalat istikharah. Sementara tidak boleh menentukan lebih utamanya suatu surah dibandingkan yang lainnya dari sisi bacaan kecuali dengan dalil yang shahih.
Jika dia tidak sanggup, maka Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Dalam keadaan seperti ini dia diperbolehkan membaca doa ini dengan melihat kepada kitab atau catatannya. Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab ketika diajukan pertanyaan yang senada dengan di atas, “Jika engkau menghafal doa istikharah atau engkau membacanya dari kitab, maka tidak ada masalah. Hanya saja kamu wajib bersungguh-sungguh dalam berkonsentrasi dan khusyu’ kepada Allah serta jujur dalam berdoa.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah: 8/161)
Bolehnya shalat sunnah yang mempunyai sebab dikerjakan pada waktu-waktu terlarang merupakan mazhab Imam Asy-Syafi’i dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad, serta pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa: 23/210-215)
Imam Al-Qurthuby berkata, “Para ulama menyatakan: Hendaknya dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran (berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi) agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan (sebelum dia istikharah).” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/206)
Kemudian, setelah dia melakukan istikharah, maka hendaknya dia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dia lakukan dari urusan yang tadinya dia minta pilihan padanya. Jika urusan itu merupakan kebaikan maka insya Allah Allah akan memudahkannya dan jika itu merupakan kejelekan maka insya Allah Allah akan memalingkannya dari urusan tersebut.
Muhammad bin Ali Az-Zamlakani rahimahullah berkata,
1. Istikharah merupakan doa, dan di antara kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam berdoa adalah mengulanginya sebanyak tiga kali.
Hadits ini kami bawakan bukan untuk menunjukkan shalat istikharah diulang sebanyak tiga kali, akan tetapi hanya untuk menunjukkan bolehnya mengulangi doa.
2. Shalat istikharah adalah shalat yang disyariatkan karena adanya sebab. Karenanya, selama sebab itu masih ada dan belum hilang maka tetap disyariatkan mengerjakan shalat ini.
Inilah yang dipilih oleh sejumlah ulama di antanya: Imam Badruddin Al-Aini dalam Umdah Al-Qari` (7/235), Ali Al-Qari dalam Mirqah Al-Mafatih (3/406), dan Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar (3/89).
Demikian beberapa pertanyaan yang sempat hadir dalam ingatan kami, jika ada pertanyaan lain silakan dituliskan pada kolom komentar.
[Rujukan utama: Kasyf As-Sitarah 'an Shalah Al-Istikharah]
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ
كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا
هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ
الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ
بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ
وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ
قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ
بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي
فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ
أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي
الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami
istikharah dalam setiap urusan yan kami hadapi sebagaimana beliau
mengajarkan kami suatu surah dari Al-Qur’an. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka
ruku’lah (shalat) dua raka’at yang bukan shalat wajib kemudian
berdo’alah: Allahumma inniy astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa ‘Abdullah’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” atau; ‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” aw qaola; fiy ‘aajili amriy wa aajilihi fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu waqdurliyl khaira haitsu kaana tsummar dhiniy.”(Ya Allah aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmuMu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon karunia-Mu yang Agung. Karena Engkau Maha Mampu sedang aku tidak mampu, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti- maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini -atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti- maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya kemudian jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu”. Beliau bersabda: “Dia sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya itu”. (HR. Al-Bukhari no. 1162)
Cara menyebutkan urusannya misalnya: Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa safar ini atau pernikahan ini atau usaha ini atau mobil ini baik bagiku …, dan seterusnya.
Penjelasan ringkas:
Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah, mereka sangat membutuhkan bantuan dari Allah Ta’ala dalam semua urusan mereka. Hal itu karena dia tidak mengetahui hal yang ghaib sehingga dia tidak bisa mengetahui mana amalan yang akan mendatangkan kebaikan dan mana yang akan mendatangkan kejelekan bagi dirinya. Karenanya, terkadang seseorang hendak mengerjakan suatu perkara dalam keadaan dia tidak mengetahui akibat yang akan lahir dari perkara tersebut atau hasilnya mungkin akan meleset dari perkiraannya.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mensyariatkan adanya istikharah, yaitu permintaan kepada Allah agar Dia berkenan memberikan hidayah kepadanya menuju kepada kebaikan. Yang mana doa istikharah ini dipanjatkan kepada Allah setelah dia mengerjakan shalat sunnah dua rakaat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ. وَهُوَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Al-Qashash: 68-70)
Imam Muhammad bin Ahmad Al-Qurthuby rahimahullah berkata, “Sebagian ulama mengatakan: Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk mengerjakan suatu urusan dari urusan-urusan dunia kecuali setelah dia meminta pilihan kepada Allah dalam urusan tersebut. Yaitu dengan dia shalat dua rakaat shalat istikharah.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/202)
Shalat istikharah termasuk dari shalat-shalat sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Al-Hafizh Al-Iraqi berkata -sebagaimana dalam Fath Al-Bari (11/221-222), “Saya tidak mengetahui ada ulama yang berpendapat wajibnya shalat istikharah.”
Faidah:
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/220), “Ibnu Abi Hamzah berkata: Amalan yang wajib dan yang sunnah tidak perlu melakukan istikharah dalam melakukannya, sebagaimana yang haram dan makruh tidak perlu melakukan istikharah dalam meninggalkannya.
Maka urusan yang butuh istikharah hanya terbatas pada perkara yang mubah dan dalam urusan yang sunnah jika di depannya ada dua amalan sunnah yang hanya bisa dikerjakan salah satunya, mana yang dia kerjakan lebih dahulu dan yang dia mencukupkan diri dengannya.” Maka janganlah sekali-kali kamu meremehkan suatu urusan, akan tetapi hendaknya kamu beristikharah kepada Allah dalam urusan yang kecil dan yang besar, yang mulia atau yang rendah, dan pada semua amalan yang disyariatkan istikharah padanya. Karena terkadang ada amalan yang dianggap remeh akan tetapi lahir darinya perkara yang mulia.”
Berikut beberapa permasalahan yang sering ditanyakan berkenaan dengan istikharah:
1. Apakah boleh istikharah dengan doa selain doa di atas atau dengan bahasa Indonesia?
Jawab: Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata dalam hadits di atas, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap
urusan yang kami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah
dari Al-Qur’an.”Ucapan ini menunjukkan bahwa dalam istikharah seseorang hanya boleh membaca doa di atas sesuai dengan konteks aslinya, tidak boleh ada penambahan dan tidak boleh juga ada pengurangan. Hal itu karena Nabi shallallahu alaihi wasallam menyerupakan pengajaran istikharah seperti pengajaran surah Al-Qur`an. Maka sebagaimana suatu ayat dalam Al-Qur`an tidak boleh ditambah atau dikurangi atau dirubah maka demikian halnya dengan doa istikharah. Karenanya tidak boleh berdoa dengan membaca terjemahannya semata, tapi dia harus membacanya sebagaimana Nabi mengajarkannya.
Barangsiapa yang berdoa dengan terjemahannya maka dia tidak teranggap melakukan istikharah, akan tetapi dia hanya dianggap sedang berdoa kepada Allah. Hal ini telah diisyaratkan oleh Muhammad bin Abdillah bin Al-Haaj Al-Maliki rahimahullah dalam Al-Madkhal (4/37-38)
2. Apakah boleh langsung berdoa dengan doa di atas tanpa melakukan shalat sebelumnya?
Jawab: Wallahu a’lam, yang nampak bahwa 2 rakaat dengan doa ini merupakan satu kesatuan dalam istikharah.
Karenanya barangsiapa yang hanya berdoa tanpa mengerjakan shalat maka
dia tidak dianggap mengerjakan istikharah yang tersebut dalam hadits
ini. Walaupun dia tetap dianggap sebagai orang yang berdoa kepada Allah.Akan tetapi jika dia ada uzur dalam mengerjakan shalat -misalnya wanita yang tengah haid atau nifas-, maka dia boleh langsung berdoa dan itu sudah dianggap sebagai istikharah karenanya adanya uzur untuk tidak mengerjakan shalat. Ini merupakan mazhab Al-Hanafiah, Al-Malikiah, dan Asy-Syafi’iyah.
Imam An-Nawawi berkata dalam Al-Adzkar hal. 112, “Jika dia tidak bisa mengerjakan shalat karena ada uzur, maka hendaknya dia cukup beristikharah dengan doa.”
3. Apakah dua rakaat ini merupakan shalat khusus, ataukah berlaku untuk semua shalat sunnah dua rakaat?
Jawab: Lahiriah hadits menunjukkan ini merupakan shalat dua rakaat
khusus dengan niat untuk istikharah. Hanya saja jika seseorang shalat
sunnah rawatib dengan niat rawatib sekaligus niat istikharah
(menggabungkan niat), maka itu sudah cukup baginya dan dia sudah boleh
langsung berdoa setelahnya.Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Jika dia meniatkan shalat itu dengan niatnya dan dengan niat shalat istikharah secara bersamaan (menggabungkan niatnya, pent.) maka shalatnya itu sudah syah dianggap sebagai istikharah, berbeda halnya jika dia tidak meniatkannya (sebagai shalat istikharah).” (Fath Al-Bari: 11/221)
Sekedar menguatkan isi hadits, bahwa dua rakaat yang dimaksud haruslah merupakan shalat sunnah. Karenanya shalat subuh tidak bisa diniatkan sebagai shalat istikharah karena dia merupakan shalat wajib.
4. Adakah surah khusus yang disunnahkan untuk dibaca dalam shalat istikharah?
Jawab: Al-Hafizh Al-Iraqi rahimahullah berkata, “Saya tidak menemukan sedikitpun dalam jalan-jalan hadits istikharah adanya penentuan surah tertentu yang dibaca di dalamnya.” (Umdah Al-Qari`: 7/235)Inilah pendapat yang benar karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan adanya surah tertentu yang lebih utama dibaca dalam shalat istikharah. Sementara tidak boleh menentukan lebih utamanya suatu surah dibandingkan yang lainnya dari sisi bacaan kecuali dengan dalil yang shahih.
5. Bagi yang tidak menghafal doanya, apakah dia bisa membacanya dari sebuah buku?
Jawab: Yang jelas, yang pertama kita katakan: Hendaknya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menghafalnya.Jika dia tidak sanggup, maka Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Dalam keadaan seperti ini dia diperbolehkan membaca doa ini dengan melihat kepada kitab atau catatannya. Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab ketika diajukan pertanyaan yang senada dengan di atas, “Jika engkau menghafal doa istikharah atau engkau membacanya dari kitab, maka tidak ada masalah. Hanya saja kamu wajib bersungguh-sungguh dalam berkonsentrasi dan khusyu’ kepada Allah serta jujur dalam berdoa.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah: 8/161)
6. Bolehkah shalat istikharah pada waktu yang terlarang shalat?
Jawab: Jika shalat istikharahnya masih bisa ditunda hingga keluar
dari waktu yang terlarang maka inilah yang lebih utama dia kerjakan. Akan
tetapi shalat istikharah ini jika tidak bisa diundur atau dia butuhkan
saat itu juga, maka dia boleh mengerjakannya saat itu juga walaupun pada
waktu yang terlarang. Karena jika shalat istikharah itu
dibutuhkan secepatnya, maka jadilah dia shalat sunnah yang disyariatkan
karena adanya sebab, sementara sudah dimaklumi bahwa waktu-waktu
terlarang shalat ini tidak berlaku pada shalat-shalat sunnah yang
mempunyai sebab, seperti tahiyatul masjid, shalat sunnah wudhu, dan
semacamnya.Bolehnya shalat sunnah yang mempunyai sebab dikerjakan pada waktu-waktu terlarang merupakan mazhab Imam Asy-Syafi’i dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad, serta pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa: 23/210-215)
7. Apa yang dia lakukan setelah istikharah?
Jawab: Sebelumnya butuh diingatkan bahwa sebelum melakukan
istikharah hendaknya dia mengosongkan hatinya dari kecondongan kepada
salah satu urusan dari dua urusan yang dia akan mintai pilihan (tidak
berpihak kepada satu pilihan). Akan tetapi hendaknya dia melepaskan diri
dari semua pilihan tersebut dan betul-betul pasrah menyerahkan nasibnya
dan pilihannya kepada Allah Ta’ala.Imam Al-Qurthuby berkata, “Para ulama menyatakan: Hendaknya dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran (berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi) agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan (sebelum dia istikharah).” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an: 13/206)
Kemudian, setelah dia melakukan istikharah, maka hendaknya dia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dia lakukan dari urusan yang tadinya dia minta pilihan padanya. Jika urusan itu merupakan kebaikan maka insya Allah Allah akan memudahkannya dan jika itu merupakan kejelekan maka insya Allah Allah akan memalingkannya dari urusan tersebut.
Muhammad bin Ali Az-Zamlakani rahimahullah berkata,
“Jika seseorang sudah shalat istikharah dua rakaat untuk suatu urusan, maka setelah itu hendaknya dia mengerjakan urusan yang dia ingin kerjakan, baik hatinya lapang/tenang dalam mengerjakan urusan itu ataukah tidak, karena pada urusan tersebut terdapat kebaikan walaupun mungkin hatinya tidak tenang dalam mengerjakannya.” Dan beliau juga berkata, “Karena dalam hadits (Jabir) tersebut tidak disebutkan adanya kelapangan/ketenangan jiwa.” (Thabaqat Asy-Syafi’iah Al-Kubra: 9/206) Maksudnya: Dalam hadits Jabir di atas tidak disebutkan bahwa hendaknya dia mengerjakan apa yang hatinya tenang dalam mengerjakannya, wallahu a’lam.Karenanya, termasuk khurafat adalah apa yang diyakini oleh sebagian orang bahwa: Siapa yang sudah melakukan istikharah maka dia tidak melakukan apa-apa hingga mendapatkan mimpi yang baik atau mimpi yang akan mengarahkannya dan seterusnya. Ini sungguh merupakan perbuatan orang yang jahil tatkala dia menyandarkan urusannya pada sebuah mimpi, wallahul musta’an.
8.
Jika hatinya masih ragu-ragu atau hatinya belum mantap dalam
mengerjakan urusan yang tadinya dia sudah beristikharah untuknya. Apakah
dia boleh mengulangi shalat istikharahnya?
Jawab: Boleh berdasarkan beberapa dalil di antaranya:1. Istikharah merupakan doa, dan di antara kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam berdoa adalah mengulanginya sebanyak tiga kali.
Hadits ini kami bawakan bukan untuk menunjukkan shalat istikharah diulang sebanyak tiga kali, akan tetapi hanya untuk menunjukkan bolehnya mengulangi doa.
2. Shalat istikharah adalah shalat yang disyariatkan karena adanya sebab. Karenanya, selama sebab itu masih ada dan belum hilang maka tetap disyariatkan mengerjakan shalat ini.
Inilah yang dipilih oleh sejumlah ulama di antanya: Imam Badruddin Al-Aini dalam Umdah Al-Qari` (7/235), Ali Al-Qari dalam Mirqah Al-Mafatih (3/406), dan Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar (3/89).
9. Haruskah shalat istikharah dikerjakan di malam hari?
Jawab: Dalam hadits di atas tidak ada keterangan waktu pengerjaannya. Karena
shalat ini bisa dikerjakan kapan saja baik siang maupun malam hari.
Barangsiapa yang meyakini shalat ini hanya bisa dikerjakan di malam hari
maka keyakinannya ini keliru. Walaupun tentunya jika dia
mengerjakannya pada waktu-waktu dimana doa mustajabah -seperti antara
azan dan iqamah, sepertiga malam terakhir, dan seterusnya-, maka itu
lebih utama.Demikian beberapa pertanyaan yang sempat hadir dalam ingatan kami, jika ada pertanyaan lain silakan dituliskan pada kolom komentar.
[Rujukan utama: Kasyf As-Sitarah 'an Shalah Al-Istikharah]
KOLEKSI KUMPULAN LENGKAP CONTOH TEKS KHUTBAH JUM’AT 2011/2012 : Download Gratis Khutbah Jum’at Terbaru (.ppt,pdf,doc,mp3 khutbah jum’at terkini, dll)
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
[Khutbah Jumat] Sebab-sebab Lapangnya Hati
Pembicara: Ustadz Dzulqarnain Abu Muhammad Al-makassaryTranskrip: ‘Ammar [Dikirim via email oleh Al Akh Rofiq sragen]
Khutbah Pertama
Hadirin sholat jum’at yang kami hormati.
Hiruk pikuk kehidupan manusia dengan segala aktifitas yang terus bergulir tanpa henti adalah yang sering menimbulkan hambatan yang melahirkan berbagai macam problema dan permasalahan bagi manusia di muka bumi ini, dan kadang pada akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak tenang, ada yang terasa sempit dan menyebabkan seseorang hilang rasa tenang dan bahagia di dalam kehidupannya.
Karena itulah kelapangan dada dan ketenangan hati merupakan salah satu nikmat dan merupakan dambaan setiap insan yang ingin hidup di dunia dalam keadaaan baik dan penuh anugrah serta kebarokahan dari Allah.
Sungguh di dalam syriat islam telah diterangkan oleh Allah sebab-sebab yang menyebabkan seorang hamba memiliki hati yang lapang dan bersinar dan akhirnya dada seorang hamba menjadi lapang, sunguh Allah telah menyebutkan hal ini sebagai nikmat yang besar yang Allah ingatkan kepada NabiNya bahwa itu adalah anugrah dan nikmat yang diberikan kepadanya,Allah berfirman:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
“Bukankah aku telah melapangkan dadamu(wahai rosul/muhamad)” (QS. Al insyiroh:1)Yaitu bukankah Kami telah membuat di dalamnya lapang, terus bercahaya dan bersinar penuh dengan ketenangan dan kesejukan dan ini adalah nikmat yang sangat agung dan luar biasa karena pentingnya nikmat ini dalam kehidupan, bahkan ini adalah permohonan Nabi Musa kepada Allah setelah beliau diangkat menjadi rosul yang diutus menuju Fir’aun, beliau berdoa yang diterangkan dalam surat Thaha:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26
“Wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku dan jadikanlah perkaraku menjadi mudah”Maka kita bisa memahami besarnya nikmat ini, dan Alqur’an serta Sunah menjelaskan sejumlah sebab yang mengantarkan hamba kedalam ketenangan hati kelapangannya dan bersinarnya hati tersebut, diantaranya Allah berfirman:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإِسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِّن رَّبِّه
“Bukankah seseorang yang yang hatinya lapang di dalam menerima islam maka hati itu terus menerus berada dalam cahaya dari robbnya.” (QS. Zumar: 22)Juga firmanNya:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُون
“Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk maka Allah melapangkan dadanya menerima islam, dan barang siapa yang Allah kehendaki kesesatan maka Allah akan menjadilkan hatinya berat dan sempit seakan-akan seolah dia mendaki langit, dan demikianlah Allah menjadikan kehinaan kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125)Maka keimanan adalah sebab yang dengannya hati seseorang hamba menjadi lapang dan bersinar, kalau Ia beriman dengan keimanan yang yang benar kepada Allah, beriman akan adanya Allah, RububiyahNya, UluhiyahNya, nama-nama dan sifat-sifatNya dan beriman pula kepada para rasulNya, kitab-kitabNya,para nabiNya dan hari akhir dan juga pada takdir berupa takdir buruk atau jelek dan dia menjaga keimanannya di atas tauhid.
Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“katakan, sesungguhnya sholatku ibadahku,hidupku dan matiku semuanya milik Allah penguasa alam semesta” (Q.s: Al an’am 162)Menunjukan bahwasanya kebahagiaan ialah ketika hati hanya terfokus kepada Yang Maha satu Dialah Allah pencipta langit dan bumi, maka dengan keimanan padanya akan tercipta ketengan dan ketentraman dan kesejukan, cahaya sekaligus petunjuk yang senantiasa menerangi kehidupannya.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanannya dengan kedholiman maka mereka akan mendapat ketenangan dan dia termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Q.s Al-An’am: 82)Kedholiman di sini berarti kesyirikan dan telah sah keterangan dari rosulullah tentangnya.
Dari sini kita memahami bahwasanya kesyirikan menyebabkan ketidak amanan dalam kehidupan dunia, dengan kesyirikan kehidupan hamba akan tidak terarah, serta akan menghancurkan,sekaligus menodai sehingga menyebabkan hati menjadi sempit walaupun mungkin berenang dalam lautan kemewahan dunia. Sedang bahaya syirik di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di neraka.
Keamanan di sini yaitu mereka mendapatkan di dunia dan di akhirat, keamanan di dalam tubuh, keamanan di dalam keluarga dan segala sesuatu yang ia ingin mendapatkan keamanannya di dalamnya, keamanan yang menyebabkan dia akan selamat dari berbagai gangguan dan bahaya yang datang dari manusia atau selainnya.
Dia mendapat pentunjuk di dunia dan di akhirat,di dunia Allah menunjukan kepada kebahagian,dia bisa menetapi jalan yang benar dan di akhirat dia ditunjukan jalan yang menuju kebahagian abadi yaitu Al-Jannah.
Namun sebaliknya siapa yang menodai kehidupannya dengan kesyirikan, menyembah selain Allah, ia memohon kepada selain Allah, datang ke kuburan meminta hajat, datang ke tempat yang keramat atau melempar sesajian ke lautan atau melakukan bentuk kesyirikan dengan berdoa selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, bernadzar kepada selain Allah dan bentuk kesyirikan yang lain, maka dengan kesyirikan hamba akan sempit hatinya, di liput dengan duka, dan malapetaka, Allah berfirman:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barang siapa yang berbuat kesyirikan maka seolah dia jatuh dari langit, maka burung menyambarnya atau tertiup angin, maka dia terhempas ke tempat yang sangat jauh.” (Q.s Al-Hajj 31)Bahkan dengan kesyirikan dia akan mendapatkan kehancuran, dengan adanya syirik akan tersebar bahaya yang senantiasa mengintai kepada dirinya bahkan masyarakat, Negara, bahkan seluruh manusia, Allah mengingatkan dalam firmanNya:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا
“Mereka mengatkan bahwa Allah yang maha penyayang memiliki anak, sungguh kalian telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, maka hampir saja langit pecah, bumi terbelah dan gunung hampir runtuh ketika mereka mengatkan Allah punya anak, dan tidaklah Allah yang penyayang memiliki anak.” (Q.s: Maryam: 88-92)Kemudian Allah mensucikan diriNya:
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
“Tidak ada yang ada di langit dan bumi kecuali datang kepada Allah dengan sebagai hamba sungguh Allah menghitung mereka dengan hitungan yang teliti, dan semuanya datang kepadaNya dalam keadaan sendiri-sendiri. (QS. Maryam: 93-94)Maka bagi siapa yang ingin dilapangkan hatinya maka supaya memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata,sehingga kehidupannya menjadi indah dan ini bisa terwaujud jika dia benar-benar bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, hasilnya rizkinya akan di tanggung oleh Allah seperti dalam sabda Rosulullah:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Jika sekirannya kalian tawakal dengan sebenar-benarnya tawakal sungguhAllah akan memberi rizki kepada kalian seperti Allah memberi rizki kepada burung yang dalam keadaan lapar di waktu pagi tapi ketika dia pulang ke sarang waktu sore dia sudah dalam keadaan kenyang.” [H.R Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dll ]Perhatikanlah burung dia tidak memiliki simpanan makanan tidak punya gudang makanan juga tidak ada uang yang di Bank namun ketika dia berangkat dalam keadaan perut kosong di pagi hari saat menjelang sore dia telah memenuhi perutnya dengan makanan,ini semua karena bimbingan Allah dan rizkinya, dan ini akan di berikan kepada mereka yang bertawakal kepaNya dengan sebenar-benarnya, maka tidak rugi orang yang mentauhidkan Allah, berbakti padaNya dan tidak durhaka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan, hasilnya dia mendapat ketenangan jiwa, keluasan hati, penuh cahaya, dan barokah dalam kehidupannya, yaitu dengan komitmen menjalani kehidupan dengan berdasarkan bimbingan Allah yang Dia turunkan berupa Alqur’an dan wahyu yang di berikan kepada Rosulnya berupa Alhadits, Allah telah mempertegas dalam firmanNya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى
“Barang siapa yang berpaling dari peringatanku(Alqur’an)maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan buta, dia bertanya: wahai robku, kenapa Engkau bangkitkan saya dalam keadaan buta, padahal kami dulu bisa melihat, maka Allah menjawab, demikianlah kami datankan kepada kalian ayat-ayat kami namun engkau melalaikannya, demikianlah hari ini engkau dilupakan.” (Q.s: Thaha: 124-126)Ini adalah jaminan dari Allah yaitu barang siapa yang mengikuti alqur’an dan As-sunnahdalam seluruh sisi kehidupannya maka Allah menjamin ketenangan dan kebahagian, sebaliknya yang berpaling dan Alquar’an dan sunah maka Allah menjadikan kehidupan yang penuh kesempitan. Maka seseorang hendaknya menjaga dirinya dalam jalur Alqur’an dan assunnah.
Sebab yang lain yang menyebabkan hatinya menjadi lapang adalah dia mencintai Allah dengan cinta yang paling besar di banding dengan yang lain siapapun dia, disebutkan dalam hadits dalam bukhori muslim yaitu menjelaskan tiga perkara yang siapa mendapatkan 3 perkara ini maka dia akan merasakan manisnya keimanan di dalam hatinya, yaitu:
1. Dia mencintai Allah dan rosulNya dengan kcintaan yang paling tinggi.
2. ia mencintai seseorang karena Allah.
3. ia benci di kembalikan ke dalam kekafiran seperti bencinya jika dia dilempar ke dalam neraka.
Allah dan rosulNya paling didengar dan ditaati, kepentingan apapun jika bertentangan dengan kepentingan Allah Rosul maka dia mendahulukan Allah dan ROsul sebagai bukti cinta kepadanya, dengan kecintaan seperti ini akan menciptakan kesejukan di dalam hatinya, betapa nikmat jika ia mendahulukan Allah dan rosulnya, maka jik ia mencintaiNya dengan menempuh sebab kecintaan maka dia akan dicintai Allah, hasilnya, bersabda Rosulullah:
“Barang siapa yang menyakiti waliku maka sungguh dia telah membuka peperangan denganKu, dan sesuatu yang paling Aku cintai yang dengannya hamba mendekat kepadaku adalah hamba melaksanakan yang Aku wajibkan kepadanya, dan jika hamba selalu melakukan amalan yang sunah untuk mendekatkan kepadaKu sampai Aku mencintai hamba tersebut, jika Aku sudah mencintainya maka Aku menjadi penengarannya yang dia mendenger dengannya dan Aku menjadlimata yang dia gunakan untuk melihat dan aku menjadi tangannya yang dia mengunakannya, dan Aku menjadi kakinya yang dia berjalan dengannya”
Maksudnya Allah bersamanya dalam setiap keaadaanya, yaitu dengan menolong dan mengawasinya, (bukan berarti Allah bersama menyatu dengan hamba dan ini adalah salah)
Khutbah kedua
Hadirin sholat jum’at yang yang saya hormati dan saya mulyakan.
Diantara sebab yang menjadikan hati hamba menjadi lapang yaitu hendaklah seseorangmemperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan sucikan dia di setiap pagi dan siang” (Q.s: al ahzab:41)Dan firmanNya:
أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah dengan dzikir hati akan menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’ad: 28 )Juga firmanNya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah, berdzikirlah kepadaku maka aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku dan jangan ingkar kepadaKu” (Q.s Al-Baqarah: 152)Perhatikanlah kalau seseoran senantiasa mengingat Allah, maka dia akan selalu mengingatnya sehingga jika dia mengalami masalah, Dia akan membantunya menyelesaikannya dan membuang dan Allah mengganti yang lebih baik dengan yang lebih baik sehingga hatinya menjadi lapang.
Mengangungkan membesarkan dan memuji Allah adalah kehidupan seorang muslim yang hendaknya dipahami, maka seluruh hidupnya bisa dimanfaatkan dengan berdzikir kepada Allah, dzikir adalah kalimat yang sangat ringan diucapkan dalam lisan dan sangat berat di timbangan amal, bahkan alqur’an dimudahkan untuk berdzikir:
وَلَقَد تَّرَكْنَاهَا آيَةً فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sungguh alqur’an kami mudahkan untuk berdzikir, maka adakah orang yang mau berdzikir.”(QS. Al Qomar: 17)
Diantara sebab yang menjadikan hati menjadi lapang adalah ia banyak bertaubat dan mensucikan diri, tidak diragukan manusia dalam kehidupannya pasti terjatuh dalam kesalahan, kelalaian, kelupaan, bahkan dosa. Jangankan kita, rosulullah yang telah diampuni dosa yang telah dilakukan dan belum dilakukan sewaktu hidupnya, beliau memperbanyak bertaubat dan beristiqfar dalam sehari sebanyak 100x maka kita hendaknya lebih butuh lagi untuk meminta ampun mengingat banyaknya dosa yang kita lakukan. Dengan istigfar Allah menjanjikan kelapangan hati bahkan dibukakan menfaat dan keutamaan yang lain, Allah menerangkan dalam firmannya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارً
“Minta ampunlah kepada robb kalian sesungguhnya dia maha pengampun, dia akan menurunkan dari langit untuk kalian hujan yang lebat, dan Dia akan menjadikan kebun dan sungai-sungai yang deras mengalir.” (Q.s Nuh: 10-12 )Ayat di atas merupakan janji dari Allah, sedang para Nabi mengajak dan mengabarkan:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku mintalah ampun kalian kepada robb kalian dan bertaubatlah padaNya, dia akan mencurahkan hujan dari langit dan dia akan menambah kekuatan kalian berlipat-lipat, dan janganlah mengasihi(menjadikan wali) orang-orang kafir.”Ini di abadikan oleh Allah dalam surat Hud ayat: 52.
Maka dari sini kita fahami pentingnnya beristigfar dan bertaubat kepada Allah dalam kehidupan ini, dan pentingnya introspeksi diri lalu memperbaiki diri dan senantiasa bertaubat kepada Allah. Mensucikan diri adalah dengan melakukan amalan-amalan yang dulunya ditinggalkan dari kebaikan, dan membersihkan diri dari dari kemaksiatan dan dosa yang di lakukan, dan Allah menjanjikan keberuntungan:
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا
“Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan diri, dan sungguh celaka orang yang terus mengotori dirinya.”Dan Allah menyebutkan keutamaan orang-orang yang mendapatkan surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai:
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاء مَن تَزَكَّى
“Barang siapa yang menghadap Allah dengan keadaan beriman dan berbuat kebaikan maka mereka mendapatkan derajat yang tinggi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dari bawahnya, mereka kekal di dalamnya dan itu ba;asan bagi orang yang mensucikan diri.” (Q.s Taha 75-76 )Karena itu mensucikan diri dan bertaubat kepada Allah adalah hal yang sangat penting, khususnya di hari ini di mana banyak musibah yang menjadi peringatan bagi kita semua. Mudah-mudahan kita dijadikan orang yang selalu bertaubat sehingga termasuk hamba yang mensucikan diri, sehingga kita semua selamat dari musibah di dunia dan lebih-lebih di akhirat:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Tidaklah Allah menyilksa kaumNya sedang engkau wahai Muhamad berada di sisi mereka, dan Allah tidaklah menyiksa mereka dalam keadaan mereka beristiqfar.” (Q.s Al-Anfal 33)Juga dengan istigfar akan menyebabkan datangnya rahmat dari Allah:
“Andaikata kalian beristiqfar kepada Allah niscaya kalian akan dirahmatiNya.”
Mudah-mudahah kita dijadikan orang yang selalu beriman kepada Allah bertakwa kepadaNya bertauhid, dan menjadi hamba yang banyak beristiqfar dan bertaubat, sungguh dosa kita, dan kesalahan kita sangatlah banyak, dan Allah masih merahmati kita dengan menjalani hari- hari sebagai bukti rahmatNya, mudah-mudah hari yang tersisa yang akan kita lewati kita bisa menggunakan untuk selalu bertaubat dan beristilqfar kepadaNya, karena dekatnya kematian yang akan kita temui, dan kita tahu kapan tapi kita yakin akan datangnya:
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Dimanapun kalian berada sungguh kematian akan menemuai kalian walaupun engkau bersembunyi di balik dinding yang sangat tinggih lagi kokoh.”Semoga kita diampuni oleh Allah dan diberi manfaat dari segala kemanfaatan baik yang kita ketahui atau tidak , dan mudah-mudahan Dia tidak menjadikan malapetaka bagi kita semua.Wallahuta’ala a’lam bishowab.
MATERI TEKS KHUTBAH JUM’AT YANG LAIN :
Nikmat dan Adzab Kubur
Khutbah yang pertamaWahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah …
Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda….
Sudah Saatnya Kita Bangkit…
Dalam kesempatan yang mulia ini, kita memanjatkan puji syukur kepada Allah yang masih menganugerahkan kepada kita, kesempatan untuk tetap mengecap nikmat Allah yaitu menuntut ilmu.
Sesungguhnya majelis-majelis Ahlus Sunnah yang dipenuhi oleh kaum muslimin dalam rangka menuntut ilmu tentang agama Allah, inilah yang ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Karena majelis-majelis ilmu yang digelar oleh Ahlus Sunnah merupakan kelanjutan dari majelis…
Perjalanan Ruh ketika Meninggalkan Dunia
Khutbah yang pertamaWahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung…
Salahkah Sikap Keras dalam Dakwah?
Islam memiliki cara dan metode dalam berdakwah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Tentunya hal itu tidak lepas dari bimbingan syari’at. Terkadang dakwah harus disampaikan dengan sikap lemah lembut dan terkadang dengan sikap keras, tegas, dan lugas. Namun sikap yang kedua ini sering dianggap sebagai sikap yang salah dan tidak mengandung hikmah. Bahkan terkadang dianggap dapat menimbulkan akibat yang fatal..Mendalami Tauhid Al-Asma` wash Shifat
Di antara kita mungkin banyak yang belum paham bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki banyak nama dan sifat. Namun tentu saja nama dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala berbeda dengan nama dan sifat makhluk-Nya, karena tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Di antara perbedaannya, nama dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala penuh dengan kesempurnaan, sedangkan nama dan sifat makhluk mengandung banyak..Tauhid Uluhiyyah Inti Ibadah
Inilah sejatinya inti tauhid. Namun dalam tauhid inilah justru bertabur penyimpangan. Betapa banyak ritual kesyirikan yang dipersembahkan untuk hewan keramat seperti Kyai Slamet, tokoh-tokoh rekaan macam Nyi Roro Kidul, atau benda/tempat “keramat” yang jumlahnya tak terhitung lagi. Juga “aksesoris” kesyirikan berupa jimat, rajah penolak bala, dsb..Tauhid Rububiyyah Bukan Sekedar Pengakuan
Bahwa Allah adalah Pencipta, Penguasa alam semesta, dan Pengatur Rizki atas segenap makhluk-Nya, hampir tak ada yang menyangkalnya termasuk musyrikin Quraisy dahulu. Namun mengapa mereka tetap diperangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Cukupkah berhenti pada pengakuan semata?..Senjata yang Paling Ampuh
Khutbah yang pertamaWahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah …
Sesungguhnya kehidupan manusia di dunia ini akan dipenuhi oleh berbagai cobaan dan rintangan. Maka tak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada Allah semata. Setiap urusan dan perkara bergantung kepada kehendak dan kekuaasan-Nya. Tak ada yang bisa memberi kemaslahatan dan menghindarkan dari bahaya kecuali hanya Dzat-Nya dan…
Hikmah Ramadhan
Perjalanan waktu terus berlangsung. Tanpa terasa sekian ramadhan telah dilewati. Ini membuktikan bahwa masa sudah saling berdekatan sebagaimana yang di beritakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Barangkali sebagian kita telah melalui ramadhan selama enam puluh tahun, ada pula yang lima puluh tahun, empat puluh tahun, tiga puluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih maupun kurang. Namun apa hasil yang sudah kita raih untuk kebaikan….Kemulian Rasa Malu
Rasa malu merupakan sifat yang mulia, warisan dari para nabi ‘alaihimus salam. Oleh karena itu, Sifat yang agung ini telah diwarisi secara turun temurun oleh orang-orang shalih dari satu umat kepada umat yang lainnya. Dari satu generasi kepada generasi yang berikutnya. Demikianlah, sampai ajaran rasa malu itu diwarisi oleh pendahulu umat ini yaitu…Nestapa Pengekor Hawa Nafsu
Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan…
Wasiat Fundamental Yang Terabaikan
Sesungguhnya termasuk perkara penting yang harus selalu kita ingat adalah wasiat-wasiat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantaranya yaitu wasiat perpisahan yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan kepada para sahabat –semoga Allah meridhoi mereka…
DOWNLOAD GRATIS MP3 KHUTBAH JUM’AT TERBARU
CARA MENJAUHI FITNAHhttp://www.ilmoe.com/751/kj-2008-12-19-cara-menjauhi-fitnah-2-mp3.html
JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN
http://www.ilmoe.com/752/kj-2009-03-06-jalan-menuju-kebahagiaan-mp3.html
KENIKMATAN ISLAM
http://www.ilmoe.com/747/kj-1429h-01-16-kenikmatan-islam-mp3.html
MEMULIAKAN AL-QUR’AN
http://www.ilmoe.com/748/kj-2008-03-28-memulyakan-al-quran-mp3.html
NIKMAT UKHUWAH PERSAUDARAAN
http://www.ilmoe.com/2938/khutbah-jumat-ustadz-muhammad-umar-as-sewed-nikmat-ukhuwah-persaudaraan-mp3.html
TERCELANYA HAWA NAFSU
http://www.ilmoe.com/248/download-kajian-hawa-nafsu.html
MUHASABAH
http://www.ilmoe.com/2710/khutbah-jumat-al-ustadz-muhammad-naim-muhasabah-mp3.html
BESARNYA NIKMAT ALLAH
http://www.ilmoe.com/2236/20110121-ust-naim-besarnya-nikmat-allah-mp3.html
JADILAN SEORANG PEMAAF
http://www.ilmoe.com/2068/jadilahseorangpemaaf-khutbahjumatdepok-oktober2010-ustalibasuki-mp3.html
MUSIBAH SALAH MANUSIA
http://www.ilmoe.com/2013/musibah-salah-manusia-khutbah-jumat-alustadzdzulqarnain-mp3.html
MENGAGUNGKAN SYARI’AT
http://www.ilmoe.com/1907/kj-ust-dzulqornain-mengagunggkan-syariat-mp3.html
BONUS :
http://www.ilmoe.com/1884/bonus-khutbah-jum-at-ustadz-syafruddin-mp3.html
http://www.ilmoe.com/1838/kj-ustadz-hamzah-jember-mp3.html
HAWA NAFSU
http://www.ilmoe.com/1829/kj-2009-01-30-hawa-nafsu-mp3.html
PENYEBAB SESEORANG MASUK KE DALAM SURGA
http://www.ilmoe.com/1841/kj-2010-10-01-penyebab2-seseorg-masuk-ke-dlm-sorga-zip.html
SYARAT DITERIMANYA AMAL
http://www.ilmoe.com/1836/kj-ustadz-abdul-majid-syarat-diterimanya-amalan-mp3.html
KEWAJIBAN MEMELUK AGAMA ISLAM
http://www.ilmoe.com/1828/kj-2010-09-24-kewajiban-memeluk-agama-islam-akh-rosyiid-zip.html
MENGINGAT KEMATIAN DAN KIAMAT
http://www.ilmoe.com/1368/khutbah-jumat-tafsir-surat-qaf-mengingat-kematian-kiamat-diawasi-allah-maka-hitunglah-amal-kalian-rajab-juli-2010-mp3.html
MERAIH KERIDHOAN ALLAH TA’ALA
http://www.ilmoe.com/1366/khutbah-jumat-terbaru-meraih-keridhoan-allah-by-al-ustadz-dzulqarnain-daurah-surabaya-mei-2010-mp3.html
KEUTAMAAN ILMU, MENCARINYA & AHLUL ILMI
http://www.ilmoe.com/1322/keutamaanilmumencarinyaahlul-ilmisifatpencarinya-mp3.html
Inilah Nama-Nama Bulan dalam Kalender Islam Beserta Artinya
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Dalam Website resmi Taqwim Ummul Quro, kalender hijriyyah resmi yang digunakan di Arab Saudi, disebutkan bahwa arti nama-nama bulan hijriyyah sebagai berikut:
1. Muharrom (محرم الحرام)
Ini adalah bulan pertama dalam kelender Islam, dan Muharram termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan Muharram karena orang Arab mengharamkan berperang di bulan ini.
2. Shofar (ﺻﻔﺮ)
Dinamakan dengan Shofar karena perkampungan Arab Shifr (kosng) dari penduduk, karena mereka keluar untuk perang. Ada yang mengatakan bahwa dinamakan dengan Shofar karena dulunya bangsa Arab memerangi berbagai kabilah sehingga kabilah yang mereka perangi menjadi Shifr (kosong) dari harta benda.
3. Robi’ul Awwal (ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ)
Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini bertepatan dengan musim semi.
4. Robi’uts Tsani/Akhir (ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﺧﻴﺮ / ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ)
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu menggembalakan hewan ternak mereka pada rerumputan. Dan ada yang mengatakan bahwa dinamakan demikian karena bulan ini bertepatan dengan musim semi.
5. Jumadil Ula (جمادى الأولى)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi khomsah. Dinamakan Jumada karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim dingin, dimana air jumud (membeku)
6. Jumadil Akhiroh/Tsaniyah (جمادى الآخرة / ﺟﻤاﺪى ﺍﻟﺜﺎﻧﻲة)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi sittah. Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim dingin juga
7. Rojab (ﺭﺟﺐ)
Rajab termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan bulan Rojab karena bangsa Arab melepaskan tombak dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan. Dikatakan: Rojab adalah menahan diri dari peperangan.
8. Sya’ban (ﺷﻌﺒاﻦ)
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu berpencar ke berbagai tempat untuk mencari air.
9. Romadhon (ﺭﻣﻀاﻦ)
Ini adalah bulan puasa bagi umat Islam. Dinamakan demikian karena panas ramdh mencapai puncaknya dan saat penamaan jatuh pada musim panas.Dimana periode ini disebut panas yang parah.
10. Syawwal (ﺷﻮﺍﻝ)
Di bulan inilah saat Idul Fitri. Dinamakan demikian karena saat itu unta betina kekurangan air susu.
11. Dzulqo’dah (ﺫﻭ ﺍﻟﻘﻌﺪة)
Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena bangsa Arab duduk dan tidak berangkat untuk perang, karena bulan ini termasuk bulan haram yang tidak boleh perang.
12. Dzulhijjah (ﺫﻭ ﺍﻟﺤﺠة)
Di dalamnya terdapat musim haji dan Idul Adha. Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena bangsa Arab melaksanakan ibadah haji di bulan ini.
Arti Hidup di Dunia
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
Edisi ke-12 Tahun ke-4 / 27 Januari 2006 M / 27 Dzul Hijjah 1426 H
Seorang
mukmin hidup di dunia ibaratnya seperti orang asing atau musafir. Suatu
permisalan yang penuh makna dan pesan yang agung. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selayaknya dijadikan pelajaran dan diterapkan oleh seorang mukmin dalam kehidupannya di dunia.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ
فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ.
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ
فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ
الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ
لِمَوْتِكَ
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian).” Lalu Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu menyatakan, “Apabila
engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari.
Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga
sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan
pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhariy no.6416)
Para ‘ulama menjelaskan hadits ini dengan
mengatakan, “Janganlah engkau condong kepada dunia; janganlah engkau
menjadikannya sebagai tempat tinggal (untuk selama-lamanya -pent);
janganlah terbetik dalam hatimu untuk tinggal lama padanya; dan
janganlah engkau terikat dengannya kecuali sebagaimana terikatnya orang
asing di negeri
keterasingannya (yakni orang asing tidak akan terikat di tempat tersebut
kecuali sedikit sekali dari sesuatu yang dia butuhkan �pent.); dan
janganlah engkau tersibukkan padanya dengan sesuatu yang orang asing
yang ingin pulang ke keluarganya tidak tersibukkan dengannya; dan
Allah-lah yang memberi taufiq.”
Permisalan Seorang Mukmin di Dunia
Inilah permisalan yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
inilah kenyataannya. Karena sesungguhnya seseorang di dunia ibaratnya
seorang musafir. Maka dunia bukanlah tempat tinggal yang tetap
(selama-lamanya). Bahkan dunia itu sekedar tempat lewat yang cepat
berlalunya. Orang yang melewatinya tidak pernah merasa letih baik malam
maupun siang hari.
Adapun seorang musafir biasa, kadang-kadang dia
singgah di suatu tempat lalu dia bisa beristirahat. Akan tetapi musafir
dunia (yakni permisalan orang mukmin di dunia �pent.) tidak pernah
singgah, dia terus-menerus dalam keadaan safar (perjalanan). Berarti
setiap saat dia telah menempuh suatu jarak dari dunia ini yang
mendekatkannya ke negeri akhirat.
Maka bagaimana sangkaanmu terhadap suatu perjalanan
yang pelakunya senantiasa berjalan dan terus bergerak, bukankah dia
akan sampai ke tempat tujuan dengan cepat? Tentu, dia akan cepat sampai.
Karena inilah Allah Ta’ala menyatakan,
Makna Hadits Ini
Berkata Ath-Thibiy, “Kata ‘atau‘ (dalam hadits ini) tidaklah menunjukkan keraguan bahkan menunjukkan pilihan dan kebolehan dan yang paling baiknya adalah bermakna ‘bahkan‘.” Yakni maknanya: “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau bahkan seperti musafir.”
Orang mukmin ketika hidup di dunia, kedudukannya seperti orang asing. Maka hatinya pun tidak akan terikat dengan sesuatu di negeri keterasingannya tersebut. Bahkan hatinya terikat dengan tempat tinggal (negerinya) yang dia akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya di dunia hanya sekedar untuk menunaikan kebutuhannya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke negerinya. Inilah keadaan orang yang asing.
Atau bahkan seorang mukmin itu seperti musafir yang tidak pernah menetap di suatu tempat tertentu. Bahkan dia terus-menerus berjalan menuju tempat tinggalnya.
Maka seorang mukmin hidup di dunia ini ibaratnya seperti seorang hamba yang ditugaskan oleh tuannya untuk suatu keperluan ke suatu negeri. Hamba tersebut tentunya ingin bersegera melaksanakan apa yang ditugaskan oleh tuannya lalu kembali ke negerinya. Dan dia tidak akan terikat dengan sesuatu kecuali apa yang ditugaskan oleh tuannya.
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Pada hari mereka melihat
hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia)
melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (An-Naazi’aat:46)Makna Hadits Ini
Berkata Ath-Thibiy, “Kata ‘atau‘ (dalam hadits ini) tidaklah menunjukkan keraguan bahkan menunjukkan pilihan dan kebolehan dan yang paling baiknya adalah bermakna ‘bahkan‘.” Yakni maknanya: “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau bahkan seperti musafir.”
Orang mukmin ketika hidup di dunia, kedudukannya seperti orang asing. Maka hatinya pun tidak akan terikat dengan sesuatu di negeri keterasingannya tersebut. Bahkan hatinya terikat dengan tempat tinggal (negerinya) yang dia akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya di dunia hanya sekedar untuk menunaikan kebutuhannya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke negerinya. Inilah keadaan orang yang asing.
Atau bahkan seorang mukmin itu seperti musafir yang tidak pernah menetap di suatu tempat tertentu. Bahkan dia terus-menerus berjalan menuju tempat tinggalnya.
Maka seorang mukmin hidup di dunia ini ibaratnya seperti seorang hamba yang ditugaskan oleh tuannya untuk suatu keperluan ke suatu negeri. Hamba tersebut tentunya ingin bersegera melaksanakan apa yang ditugaskan oleh tuannya lalu kembali ke negerinya. Dan dia tidak akan terikat dengan sesuatu kecuali apa yang ditugaskan oleh tuannya.
Keadaan Orang Asing dan Musafir
Berkata Al-Imam Abul Hasan ‘Ali bin Khalaf di dalam
Syarh Al-Bukhariy, “Berkata Abu Zinad, “Makna hadits ini adalah anjuran
untuk sedikit bergaul dan berkumpul serta zuhud terhadap dunia.”
Kemudian Abul Hasan berkata, “Penjelasannya adalah
bahwa orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan manusia sehingga
terasing dari mereka. Karena hampir-hampir dia tidak pernah melewati
orang yang dikenalnya dan diakrabinya serta orang-orang yang biasanya
berkumpul dengannya. Sehingga dia pun merasa rendah diri dan takut.
Demikian pula dengan seorang musafir. Dia tidak
melakukan perjalanan melainkan sekedar kekuatannya. Dan dia pun hanya
membawa beban yang ringan agar tidak terbebani untuk menempuh
perjalanannya. Dia tidak membawa apa-apa kecuali hanya sekedar bekal dan
kendaraan sebatas yang dapat menyampaikannya kepada tujuan.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap zuhud terhadap
dunia dimaksudkan agar dapat sampai kepada tujuan dan mencegah
kegagalan. Seperti halnya seorang musafir. Dia tidak membutuhkan membawa
bekal yang banyak kecuali sekedar apa yang bisa menyampaikannya ke
tempat tujuan.
Demikian pula halnya dengan seorang mukmin dalam
kehidupan di dunia ini. Dia tidak membutuhkan banyak bekal kecuali hanya
sekedar bekal untuk mencapai tujuan hidupnya yakni negeri akhirat.”
Dia tidak mengambil bagian dari dunia ini kecuali
apa-apa yang bisa membantunya untuk taat kepada Allah dan ingat negeri
akhirat. Hal inilah yang akan memberikan manfaat kepadanya di akhirat.
Berkata Al-’Izz ‘Ila`uddin bin Yahya bin Hubairah, “Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan
agar kita menyerupai orang asing. Karena orang asing itu apabila
memasuki suatu negeri, dia tidak mau bersaing dengan penduduk pribumi.
Dan tidak pula berbuat sesuatu yang mengejutkan sehingga orang-orang
melihat dia melakukan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan mereka.
Misalnya dalam berpakaian. Sehingga dia pun tidak bermusuhan dengan
mereka. Tentunya selama dalam batasan syar’i.
Demikian pula halnya dengan seorang musafir. Dia tidak mendirikan rumah dalam perjalanannya. Dan dia menghindari perselisihan dengan manusia karena dia ingat bahwa dia tinggal bersama mereka hanyalah untuk sementara waktu saja.
Maka setiap keadaan orang asing ataupun seorang musafir adalah baik bagi seorang mukmin untuk diterapkan dalam kehidupannya di dunia. Karena dunia bukanlah negerinya, juga karena dunia telah membatasi antara dirinya dengan negerinya yang sebenarnya (yakni negeri akhirat).”
Demikianlah sikap yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Dia tidaklah berlomba-lomba dan bersaing dalam masalah dunia sebagaimana orang asing. Dan juga tidak berniat tinggal seterusnya di dunia sebagaimana seorang musafir.
Demikian pula halnya dengan seorang musafir. Dia tidak mendirikan rumah dalam perjalanannya. Dan dia menghindari perselisihan dengan manusia karena dia ingat bahwa dia tinggal bersama mereka hanyalah untuk sementara waktu saja.
Maka setiap keadaan orang asing ataupun seorang musafir adalah baik bagi seorang mukmin untuk diterapkan dalam kehidupannya di dunia. Karena dunia bukanlah negerinya, juga karena dunia telah membatasi antara dirinya dengan negerinya yang sebenarnya (yakni negeri akhirat).”
Demikianlah sikap yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Dia tidaklah berlomba-lomba dan bersaing dalam masalah dunia sebagaimana orang asing. Dan juga tidak berniat tinggal seterusnya di dunia sebagaimana seorang musafir.
Jangan Menunda-nunda Amal!
Adapun perkataan Ibnu ‘Umar, “Apabila engkau
berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan
apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore
hari” adalah anjuran beliau agar seorang mukmin senantiasa
mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian. Sedangkan mempersiapkan
datangnya kematian adalah dengan amal shalih. Dan beliau juga
menganjurkan agar memendekkan angan-angan.
Maksudnya adalah janganlah menunggu amal-amal yang
bisa dikerjakan di malam hari untuk pagi hari. Bahkan bersegeralah
beramal. Begitu pula tatkala pagi hari. Janganlah terbetik di dalam
hatimu bahwa engkau akan bertemu dengan sore hari sehingga engkau pun
akhirkan amal-amal pagimu untuk malam hari.
Ketika engkau berada di waktu sore janganlah mengatakan, “Nanti, masih ada waktu pagi”.
Betapa banyaknya seseorang yang berada di sore hari tidak menjumpai
waktu pagi. Demikian juga ketika engkau berada di waktu pagi janganlah
mengatakan, “Nanti, masih ada waktu sore.” Karena betapa banyaknya seseorang yang berada di waktu pagi tetapi tidak menjumpai sore hari dikarenakan ajal menjemputnya.
Kalaupun engkau bisa menjumpai waktu pagi atau
sore, belum tentu engkau bisa melakukan pekerjaan yang engkau tunda
dikarenakan kesibukan menghampirimu atau sakit menimpamu. Hal ini telah
diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya,
Ketika datang waktu sakit dia baru merasakan betapa nikmatnya sehat. “Kenapa ketika sehat saya tidak menggunakannya untuk beramal shalih?” Ketika datang waktu sibuknya dia baru sadar betapa nikmatnya waktu luang. “Kenapa ketika punya waktu luang saya tidak menggunakannya untuk melakukan kebaikan?” Penyesalan selalu datang kemudian.
Kemudian beliau radhiyallahu ‘anhu juga menyatakan, “Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu” yakni bersegeralah beramal shalih ketika sehat sebelum datangnya masa sakit. Karena seseorang ketika dalam keadaan sehat maka mudah baginya untuk beramal shalih, dikarenakan dia dalam keadaan sehat, dadanya lapang, dan jiwanya dalam keadaan senang. Sedangkan orang yang sakit dadanya sempit dan jiwanya dalam keadaan tidak gembira sehingga tidak mudah baginya untuk beramal.
Hal ini pun sebagai anjuran dari beliau untuk menjaga dan mempergunakan waktu sehat dengan sebaik-baiknya serta beramal dengan sungguh-sungguh padanya. Dikarenakan khawatir dia akan mendapatkan sesuatu yang akan menghalanginya untuk beramal.
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya (yaitu): nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhariy dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)Ketika datang waktu sakit dia baru merasakan betapa nikmatnya sehat. “Kenapa ketika sehat saya tidak menggunakannya untuk beramal shalih?” Ketika datang waktu sibuknya dia baru sadar betapa nikmatnya waktu luang. “Kenapa ketika punya waktu luang saya tidak menggunakannya untuk melakukan kebaikan?” Penyesalan selalu datang kemudian.
Kemudian beliau radhiyallahu ‘anhu juga menyatakan, “Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu” yakni bersegeralah beramal shalih ketika sehat sebelum datangnya masa sakit. Karena seseorang ketika dalam keadaan sehat maka mudah baginya untuk beramal shalih, dikarenakan dia dalam keadaan sehat, dadanya lapang, dan jiwanya dalam keadaan senang. Sedangkan orang yang sakit dadanya sempit dan jiwanya dalam keadaan tidak gembira sehingga tidak mudah baginya untuk beramal.
Hal ini pun sebagai anjuran dari beliau untuk menjaga dan mempergunakan waktu sehat dengan sebaik-baiknya serta beramal dengan sungguh-sungguh padanya. Dikarenakan khawatir dia akan mendapatkan sesuatu yang akan menghalanginya untuk beramal.
Pergunakan Umurmu dengan Sebaik-baiknya!
“Dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum datang kematianmu” yakni
bersegeralah pergunakan waktu hidupmu selama engkau masih hidup (untuk
beramal shalih) sebelum engkau mati. Sebagai peringatan untuk menjaga
dan mempergunakan masa hidup dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya
seseorang apabila mati maka terputuslah amalnya. Telah shahih hal ini
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bersabda, “Apabila
seseorang meninggal dunia maka terputuslah darinya amalnya kecuali tiga
perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih
yang mendo’akannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Demikian juga akan hilanglah angan-angannya dan muncullah penyesalannya yang besar karena keteledorannya dalam menjaga umurnya.
Dan ketahuilah bahwa kelak akan datang kepadanya suatu waktu yang panjang. Yakni tatkala dia berada di bawah tanah di mana dia tidak mampu lagi untuk beramal dan tidak memungkinkan pula baginya untuk berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka hendaknya bersegera beramal selagi masih hidup.
Sungguh alangkah luas dan tingginya pengertian hadits ini yang mengandung berbagai macam kebaikan.
Demikian juga akan hilanglah angan-angannya dan muncullah penyesalannya yang besar karena keteledorannya dalam menjaga umurnya.
Dan ketahuilah bahwa kelak akan datang kepadanya suatu waktu yang panjang. Yakni tatkala dia berada di bawah tanah di mana dia tidak mampu lagi untuk beramal dan tidak memungkinkan pula baginya untuk berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka hendaknya bersegera beramal selagi masih hidup.
Sungguh alangkah luas dan tingginya pengertian hadits ini yang mengandung berbagai macam kebaikan.
Jangan Panjang Angan-angan!
Sebagian ‘ulama menyatakan, “Allah Ta’ala mencela panjang angan-angan di dalam firman-Nya,
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya �pent).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. (HR. Al-Bukhariy no.6418)
Inilah peringatan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memendekkan angan-angan dan merasakan dekatnya ajal dan takut kalau ajal datang kepadanya dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang tidak mengetahui ajalnya (dan semua orang tentunya tidak tahu kapan ajalnya datang �pent.) maka dia layak untuk berjaga-jaga akan kedatangannya dan menunggunya karena khawatir jika ajal mendatanginya disaat dia terpedaya dan lengah.
Maka seorang mukmin hendaklah dia senantiasa menjaga dirinya dengan mempergunakan umurnya sebaik-baiknya dan menentang angan-angan maupun hawa nafsunya karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya.
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr:3)”‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ
الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنَ،
فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ
الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ، وَغَدًا حِسَابٌ
وَلاَ عَمَلٌ
“Dunia berjalan meninggalkan manusia sedangkan akhirat berjalan
menjemput manusia, dan masing-masing memiliki generasi. Maka jadilah
kalian generasi akhirat dan janganlah kalian menjadi generasi dunia.
Karena hari ini (di dunia) yang ada hanyalah amal dan belum dihisab
sedangkan besok (di akhirat) yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi
amal.”Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya �pent).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. (HR. Al-Bukhariy no.6418)
Inilah peringatan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memendekkan angan-angan dan merasakan dekatnya ajal dan takut kalau ajal datang kepadanya dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang tidak mengetahui ajalnya (dan semua orang tentunya tidak tahu kapan ajalnya datang �pent.) maka dia layak untuk berjaga-jaga akan kedatangannya dan menunggunya karena khawatir jika ajal mendatanginya disaat dia terpedaya dan lengah.
Maka seorang mukmin hendaklah dia senantiasa menjaga dirinya dengan mempergunakan umurnya sebaik-baiknya dan menentang angan-angan maupun hawa nafsunya karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya.
‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kami yang sedang memperbaiki gubuk kami. Lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Kami menjawab, “Gubuk ini telah rusak/reyot, kami sedang memperbaikinya.” Maka beliau pun bersabda, “Tidaklah aku melihat urusan ini (dunia) melainkan lebih cepat dari gubuk ini.” (HR. At-Tirmidziy no.2335)
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar
mengasihi kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang zuhud
terhadap dunia, aamiin. Wallaahu A’lam.Maraaji’: Syarh Riyaadhish Shaalihiin 2/193-194, Maktabah Ash-Shafaa, Al-Qawaa’id wa Fawaa`id minal Arba’iin An-Nawawiyyah hal.351, Syarh Al-Arba’iin Hadiitsan An-Nawawiyyah hal.104-107, At-Ta’liiqaat ‘alal Arba’iin An-Nawawiyyah hal.107-108.SEJARAH DAN MAKNA LAMBANG KABUPATEN SOPPENG, KABUPATEN WAJO, KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP) DAN KOTA PARE-PARE - PROVINSI SULAWESI SELATAN
Diposting oleh
Unknown
/
Comments: (0)
A. SEJARAH
KABUPATEN SOPPENG
I.
PENDAHULUAN
Pengungkapan
hari jadi Soppeng sangat besar arti dan maknanya, baik bagi generasi saat ini
maupun generasi mendatang, sehingga mereka dapat memahami dan mengetahui
kejayaan masyarakat Soppeng pada masa lalu, sebagai acuan dalam membangun masa
depan yang lebih baik.
II.
ASAL MULA NAMA SOPPENG
Asal
mula nama Soppeng para pakar dan budayawan belum ada kesepakatan bahwa dalam
sastra bugis tertua I LAGALIGO telah tertulis nama kerajaan Soppeng yang
berbunyi :
“
IYYANAE SURE PUADA ADAENGNGI TANAE RI SOPPENG, NAWALAINNA SEWO-GATTARRENG, NONI
MABBANUA
TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SEWOE IYANARO RI YASENG TAU SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYANARO
RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SEWOE IYANARO RI YASENG TAU SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYANARO
RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
Berdasarkan
naskah lontara tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah
Soppeng mulanya datang dari dua tempat yaitu sewo dan Gattareng.
Didalam
lontara tertulis bahwa jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada
kekuasaan yang mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka
Masyarakat, hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan
Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini olih
LILI-LILI. Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana sini timbul
huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana
olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan
yang dapat mengatasi semua masalah tersebut. Tampil Arung Bila mengambil
inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng
Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah berlangsung,
seekor burung kakak tua terbang mengganggu diantara para hadirin dan Arung Bila
memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka
terbang. Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat
inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang
bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang
diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat
Soppeng.
Demikianlah
komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah
Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai
awal terbentuknya Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang
di beri nama “ LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi dengan mengucapkan
kalimat yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila
berlaku curang dalam
melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng ”.
melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng ”.
IV.
PERUMUSAN HARI JADI SOPPENG
Soppeng
yang memiliki sejarah cemerlang dimasa lalu, dengan memperhatikan berbagai
masukan agar penempatan Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat bila dihitung
dari saat dimulainya Pelaksanaan Undang-undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957, sebab jauh sebelumnya didalam
lontara, Soppeng telah mengenal sistem Pemerintahan yang Demokrasi dibawah
kepemimpinan Raja dan Datu. Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada Tanggal 11
Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar, Budayawan, Seniman, Ahli
Sejarah, Tokoh Masyarakat, AlimUlama, Generasi Muda dan LSM, dimana disepakati bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak
Pemerintahan TO MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
BACKWARD CONTING, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat Paripurna dan mengesahkan untuk
dijadikan salam suatu Peraturab Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.
V.
PENETAPAN HARI JADI SOPPENG
Dari
hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Soppeng, Tanggal
12 Maret 2001 telah menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah Kabupaten
Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001, Tanggal 12 Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng
Jatuh pada Tanggal 23 Maret 1261. Ringkasan arti dari pemakaian Hari jadi
Soppeng yakni angka 2 dan angka 3, karena angka tersebut mempunyai makna
sejarah dan filosofi sebagai berikut :
1.
Angka 2 menunjukkan :
a. Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja
b. Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI GORIE.
c. Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang memperebutkan setangkai padi, yang merupakan petunjuk para matoa yangbermusyawarah mengatasi krisi kelaparan, akhirnya menemukan Tomanurungnge RI SEKKANYILI
d. Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan keadilan.
e. Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib dan takdir.
f. Dua tanranna namaraja tanaE
- Seorang pemimpin harus jujur dan pintar
- Masyarakat hidup aman, tentram dan damai.
a. Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja
b. Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI GORIE.
c. Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang memperebutkan setangkai padi, yang merupakan petunjuk para matoa yangbermusyawarah mengatasi krisi kelaparan, akhirnya menemukan Tomanurungnge RI SEKKANYILI
d. Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan keadilan.
e. Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib dan takdir.
f. Dua tanranna namaraja tanaE
- Seorang pemimpin harus jujur dan pintar
- Masyarakat hidup aman, tentram dan damai.
2.
Angka 3 menunjukkan :
a. adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone, Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu PoccoE.
b. Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang sangat kuat dan stabil.
c. TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE RI WATAKKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.
d. TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran, kebenaran dan keteguhan.
a. adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone, Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu PoccoE.
b. Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang sangat kuat dan stabil.
c. TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE RI WATAKKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.
d. TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran, kebenaran dan keteguhan.
3.
Angka Dua Tellu bermakna :
a. Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.
b. – Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya tidak pernah berpisah.
- Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan hamba selalu bersama-sama.
c. Tellu Dua Macciranreng, Tellu- Tellu Tea Pettu bermakna berpintal dua sangat rapu, berpintal tiga tidak akan putus.
d. – Mattulu Parajo Dua Siranreng teppettu sirangreng.
- Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu Silariang, bermakna tidak saling membohongi, nanti akan putus jika putus bersama.
a. Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.
b. – Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya tidak pernah berpisah.
- Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan hamba selalu bersama-sama.
c. Tellu Dua Macciranreng, Tellu- Tellu Tea Pettu bermakna berpintal dua sangat rapu, berpintal tiga tidak akan putus.
d. – Mattulu Parajo Dua Siranreng teppettu sirangreng.
- Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu Silariang, bermakna tidak saling membohongi, nanti akan putus jika putus bersama.
4.
dipilihnya bulan tiga atau maret Karena :
a. Bulan Terbentuknya Kabupaten Soppeng
b. Bulan Pelaksanaan Seminar hari Jadi Soppeng.
a. Bulan Terbentuknya Kabupaten Soppeng
b. Bulan Pelaksanaan Seminar hari Jadi Soppeng.
5.
selain itu angka dua atau tiga juga bermakna :
- jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :
a. makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah yaitu ADE, RAPANG, WARI, BICARA, SARA ’
b. Rukun Islam
c. Pancasila
- jika angka 2 X 3 = 6 yang bermakna : Rukun Islam
- jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :
a. makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah yaitu ADE, RAPANG, WARI, BICARA, SARA ’
b. Rukun Islam
c. Pancasila
- jika angka 2 X 3 = 6 yang bermakna : Rukun Islam
6.
dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan BACKWARD COUNTING, yaitu pemerintahan
Datu Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA pada tahun 1261.
sehingga dengan demikian hari jadi Soppeng
ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261.
ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261.
IV.
PENUTUP
Demikianlah
sekaligus sejarah singkat Hari jadi soppeng, untuk diperingati setiap Tahun
oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng bersama seluruh masyarakat untuk bersama-sama
dalam melaksanakan kegiatan dan mengisi Pembangunan, sekaligus kita bangga
sebagai warga Masyarakat Soppeng dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
B. ARTI
DAN MAKNA LAMBANG KABUPATEN SOPPENG
1. Dalam mytologie pembentukan pemerintahan
teratur, pertama burung kakatua digambarkan sebagai duta pembawa berita
sehingga diketemukan Raja pertama dari Soppeng yang membawa daerah ini kepada
keamanan, keadilan dan kemakmuran.
2. Kabupaten Soppeng dari dahulu adalah daerah
agraris menyebabkan rakyatnya makmur dan dapat mengekspor bahan pangan seperti
beras, jagung, kedele, kacang tanah, wijen. Begitupun tanaman-tanaman tahunan seperti
tembakau, bawang dan lain-lain.
3. a. "Karawi " adalah hiasan kanak-kanak yang digantung
didadanya, biasanya diberikan ukiran-ukiran merupakan azimat.
b. Lukisan tengah dari karawi
ini, merupakan gambar bunga yang bertajuk lima,
melambangkan azimat Kabupaten Soppeng.
c. Lukisan pinggir karawi
merupakan kata bahasa daerah yang diambil dari kalimat berbunyi : "
Eppamua Parajai Tanah, Iyami Naripagenne Lima Rirapimami AsellengengE
Naritambaina Koritu Sara, Iyanaritu : Pammulanna Ade Maduanna Rapang,
Matellunna Bicara, Maeppana Wari, Malimanna Sara.
d. Makna kata-kata adat itu adalah :
Ade, maknanya keselarasan guna kebaikan umum
Rapang, maknanya hukum/pedoman
bicara, maknanya mufakat kepada yang bernilai tinggi atau peradilan
wari, maknanya pembidangan dan pembatasan untuk ketegasan batas-batas dan kedudukan tiap sesuatu
sara, maknanya hukum agama
Rapang, maknanya hukum/pedoman
bicara, maknanya mufakat kepada yang bernilai tinggi atau peradilan
wari, maknanya pembidangan dan pembatasan untuk ketegasan batas-batas dan kedudukan tiap sesuatu
sara, maknanya hukum agama
Sesungguhnya
kelima azas ini menjadi petunjuk dalam setiap bidang kehidupan.
4. a. Semboyan ini berasal dari
kalimat amanat masyarakat kepada pucuk pimpinan pemerintahan dikala
pelantikannya. Dahulu diucapkan oleh Matoa Bila atas nama rakyat kepada Datu
yang menerima pemerintahan kekayaan Soppeng antara lain berbunyi : "
Dongirikeng temmatipa, salipurikkeng temmadinging, wessekkeng temmakapa".
b. Arti semboyan ini :
Dongiri
Temmatipa, yaitu membimbing dan mara
pejabat pemerintah setiap waktu memberikan perhatian kepada karya rakyat dan
dimana perlu memberi bimbingan kepada kesempurnaannya supaya kerja itu membawa
hasil yang menguntungkan.
Salipuri
Temmadinging, yaitu memelihara kesehatan badaniah dan
bathiniah. Dimaksud agar pejabat pemerintah mengusahakan pengadaan sandang,
perumahan dan pendidikan, supaya rakyat dengan segala kegiatannya dapat
dilaksanakan dengan baik. Hendaknya dipergunakan semboyan " Beribadatlah
agar dalam tubuh yang sehat bersemayam jiwa yang sehat".
Wesse Temmakapa, yaitu mengusahakan kerukunan dan kedamaian antara semua golongan dan anggota-anggota masyarakat supaya masyarakat itu merupakan kesatuan tenaga yang besar guna menghadapi setiap kerja pembangunan.
Wesse Temmakapa, yaitu mengusahakan kerukunan dan kedamaian antara semua golongan dan anggota-anggota masyarakat supaya masyarakat itu merupakan kesatuan tenaga yang besar guna menghadapi setiap kerja pembangunan.
Hubungan
semboyan dongiri temmatipa dan wessetemmakapa mengisyaratkan bahwa pengadaan
bahan pangan rakyat mendapat perhatian sepenuhnya guna kemajuaannya dimana
daerah ini terkenal dengan julukan lumbung padi.
5. Warna Lambang :
Latar
belakang warna biru muda
Bulu
kakatua warna putih, paru dan kaki warna abu-abu
Padi warna kuning emas
Buah Kapas : a. Bijinya warna putih. b. Kelopaknya warna kuning muda.
Karawi warna kuning emas dan huruf bugisnya warna hitam
Pita dibawah lambang warna merah dan huruf bugisnya warna putih.
Padi warna kuning emas
Buah Kapas : a. Bijinya warna putih. b. Kelopaknya warna kuning muda.
Karawi warna kuning emas dan huruf bugisnya warna hitam
Pita dibawah lambang warna merah dan huruf bugisnya warna putih.
6. Kata-kata
bahasa daerah dalam lukisan karawi, begitupun semboyang diatas pita diukir
dengan bahasa daerah dan huruf lontara (daerah) yang menggambarkan kebudayaan
daerah yang sudah tua umurnya.
Sumber : http://www.depdagri.go.id
2 . KABUPATEN
WAJO
A. SEJARAH
KABUPATEN WAJO
Kebesaran tanah Wajo pada masa dahulu, termasuk kemajuannya di
bidang pemerintahan, kepemimpinan, demokrasi dan jaminan terhadap hak-hak
raknyatnya. Adapun konsep pemerintahan adalah :
1.
Kerajaan
2.
Republik
3.
Federasi, yang belum ada duanya
pada masa itu
Hal tersebut semuanya ditemukan dalam LONTARAK SUKKUNA WAJO.
Sebagaimana yang diungkapkan bahwa beberapa nama pada masa Kerajaan Wajo yang
berjasa dalam mengantar Tana Wajo menuju kepada kebesaran dan kejayaan antara
lain :
1.
LATADAMPARE PUANGRIMAGGALATUNG
2.
PETTA LATIRINGENG TO TABA ARUNG
SIMETTENGPOLA
3.
LAMUNGKACE TOADDAMANG
4.
LATENRILAI TOSENGNGENG
5.
LASANGKURU PATAU
6.
LASALEWANGENG TO TENRI RUA
7.
LAMADDUKKELLENG DAENG SIMPUANG,
ARUNG SINGKANG (Pahlawan Nasional)
8.
LAFARIWUSI TOMADDUALENG
Dan masih banyak lagi nama-nama yang berjasa di Tanah Wajo yang
menjadi peletak dasar kebesaran dan kejayaan Wajo.
Beberapa versi tentang kelahiran Wajo, yakni :
1.
Versi Puang Rilampulungeng
2.
Versi Puang Ritimpengen
3.
Versi Cinnongtabi
4.
Versi Boli
5.
Versi Kerajaan Cina
6.
Versi masa Kebataraan
7.
Versi masa ke Arung Matoa-an
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tahun dari pada Hari
Jadi Wajo ialah versi Boli, yakni pada waktu pelantikan Batara Wajo pertama
LATENRI BALI Tahun 1399, dibawah pohon besar (pohon Bajo). Tempat pelantikan
sampai sekarang masih bernama Wajo-Wajo, di daerah Tosora Kecamatan Majauleng.
Terungkap bahwa, pada mulanya LATENRI BALI bersama saudaranya
bernama LATENRI TIPPE secara berdua diangkat sebagai Arung Cinnongtabi,
menggantikan ayahnya yang bernama LAPATIROI. Akan tetapi dalam pemerintahannya,
LATENRI TIPPE sering berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya yang
diistilahkan ”NAREMPEKENGNGI BICARA TAUWE”, maka LATENRI BALI mengasingkan
dirinya ke Penrang (sebelah Timur Tosora) dan menjadi Arung Penrang. Akan
tetapi tak lama kemudian dia dijemput rakyatnya dan diangkat menjadi Arung Mata
Esso di Kerajaan Boli. Pada upacara pelantikan dibawah pohon Bajo, terjadi
perjanjian antara LATENRI BALI dengan rakyatnya dan diakhiri dengan kalimat ”BATARAEMANI TU MENE’ NA JANCITTA, TANAE MANI
RIAWANA” (Hanya Batara Langit di atasnya
perjanjian kita, dan bumi di bawahnya) NARITELLANA PETTA LATENRI BALI
PETTA BATARA WAJO.
Berdasarkan perjanjian tersebut, maka dirubahlah istilah Arung
Mata Esso menjadi Batara, dan kerajaan baru didirikannya, yang cikal bakalnya
dari Kerajaan Boli, menjadi Kerajaan Wajo, dan LATENRI BALI menjadi Batara Wajo
yang pertama.
Sedangkan untuk menentukan tanggal Hari Jadi Wajo, dikemukakan
beberapa versi, yakni :
1.
Versi tanggal 18 Maret, ketika
armada Lamaddukkelleng dapat mengalahkan armada Belanda di perairan Pulau
Barrang dan Koddingareng.
2.
Versi tanggal 29 Maret, ketika
dalam peperangan terakhir, Lamaddukkelleng di Lagosi, dapat memukul mundur
pasukan gabungan Belanda dan sekutu-sekutunya.
3.
Versi tanggal 16 Mei, ketika
Lasangkuru Patau bergelar Sultan Abdul Rahman Arung Matoa Wajo, memeluk agama
Islam.
4.
Versi ketika Andi Ninnong
Ranreng Tuwa Wajo, menyatakan di depan Dr. SAM RATULANGI dan LANTO DG. PASEWANG
di Sengkang pada Tahun 1945 bahwa rakyat Wajo berdiri di belakang Negara
Kesatuan Indonesia.
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tanggal daripada Hari
Jadi Wajo, ialah versi tanggal 29 Maret, karena sepanjang sejarah belum pernah
ada pejuang yang mampu mengalahkan Belanda pada pertempuran terakhir. Peristiwa
ini terjadi pada Tahun 1741.
Dengan perpaduan dua versi tersebut di atas, maka disepakati: Hari Jadi Wajo ialah Tanggal 29 Maret 1399.
Kebesaran dan kejayaan Kerajaan Wajo pada masanya, disebabkan oleh
berbagai aspek sebagaimana telah dikemukakan tedahulu, namun ada hal yang
sangat hakiki yang perlu mendapatkan perhatian, yakni adanya kepatuhan dan
ketaatan Raja dan rakyatnya terhadapat Pangadereng, Ade yang diwarisi dan
disepakati, Ade Assiamengeng, Ade Amaradekangeng, sistem Ade dengan sitilah ADE
MAGGILING JANCARA, serta berbagai falsafah hidup, pappaseng dan sebagainya.
Kepatuhan dan ketaatan rakyat Wajo terhadap rajanya, sebaliknya
perhatian dan pengayoman raja terhadap rakyatnya adalah satu aspek terwujudnya
ketentraman dan kedamaian dalam menjalankan pemerintahan pada masa itu. Hal ini
dapat kita lihat, pada saat LA TIRINGENG TO TABA dalam kedudukannya sebagai
Arung Simettengpola mengadakan perjanjian dengan rakyatnya. Perjanjian ini
dikenal dengan ”LAMUNGPATUE RILAPADDEPA” (Penanaman batu = Perjanjian Pemerintahan di
Lapaddeppa’).
Inti dari perjanjian ini ialah bahwa rakyat akan patuh terhadap
perintah raja, asalkan atas kebaikan dan kemaslahatan rakyat, demikian pula
raja akan senantiasa mengayomi rakyatnya dengan dasar Ade, Pengadereng (hukum),
dengan pengakuannya :
”IO TO WAJO, MAUTOSA MUPAMESSA’, MUA RIATIMMU, MUPAKEDOI RILILAMU
MAELO’E PASSUKKA’ RIAKKARUNGEKKU RI BETTENGPOLA, MAPERING TOKKO NA BACU BACUE,
ONCOPISA REKKO MUELOREKKA’MAJA’ MATTI PAJJEO TO WAJO”
Artinya :
Ya orang-orang Wajo, sekalipun menimbulkan dalam hatimu atau
menggerakkan dalam lidahmu, hendak mengeluarkan aku dari jabatan kerajaanku di
Bettengpola, engkau akan tersapu bersih dari pada tersapunya batu-batu. Apalagi
jika kalian bermaksud jahat terhadapku, maka engkau kering bagaikan garam.
Pada bagian lain Petta Latiringeng To Taba Arung Sao Tanre, Arung
Simettengpola mengemukakan”NAPULEBBIRENGNGI TO
WAJJOE MARADEKA NAKKEADE’, NAMAFACCING RI GAU SALAE, NAMATINULU MAPPALAONG,
NASABA RESOFA TEMMANGINGNGI MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA, NAMAFAREKKI WARANG
PARANG, NASABA WARANG PARANGMITU WEDDING MAPPATUWO, WARANG PARANG MITU WEDDING
MAPPAMATE”.
Artinya :
Yang menjadikan orang Wajo mulia ialah Kemerdekaan yang menjunjung
tinggi hukum dan hak azasi manusia, ia rajin bekerja, karena hanya dengan kerja
keras sebagai titian untuk mendapatkan limpahan Rahmat dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Hemat terhadap harta benda, karena harta benda orang bisa hidup sempurna
dan harta benda pula bisa mematikan orang.
Apa yang telah diletakkan oleh Batara Wajo Pertama ini, oleh
Batara Wajo dan Arung Matowa berikutnya terus dikembangkan sampai masa
pemerintahan ARUNG MATOWA WAJO KEEMPAT: LATADAMPARE PUANG RIMAGGALATUNG, Wajo
mencapai kejayaan. Pada masa pemerintahan inilah selama sepuluh tahun
disempurnakan segala peraturan hukum adat, pemerintahan dan peradilan, dan
mengajarkan etika pemerintahan, merealisasikan demokrasi dan hak-hak azasi
manusia, konsep negara sebagai abdi rakyat (public
servent) dan konsep Rule of Law(hukum yang dipertuan bukan
raja).
Salah satu Ade Amaradekangengna yang dimuat secara terpencar dalam
Lontarak Sukkuna Wajo, yang selanjutnya menjadi motto pada Lambang Daerah
Kaubpaten Wajo (walaupun disingkatkan), antara lain berbunyai :
”MARADEKA TOWAJOE NAJAJIAN ALENA MARADEKA, TANAEMMI ATA, NAIYYA
TOMAKKETANAE MARADEKA MANENG, ADE ASSAMA TURUSENNAMI NAPOPUANG”.
Artinya :
Orang-orang Wajo, adalah orang merdeka, mereka merdeka sejak
dilahirkan, hanya negeri mereka yang abdi, sedangkan si pemilik negeri (rakyat)
merdeka semua dan hanya hukum adat yang disetuji bersama yang mereka pertuan.
Kebesaran dan kemuliaan Tana Wajo disebutkan dalam Lontarak :
MAKKEDATOI ARUNG SAOTANRE PETTA TO TABA’ LA TIRINGENG : ”NAIA
PARAJAIENGNGI WAJO’, BICARA MALEMPU’E NAMAGETTENG RI ADE’ MAPPURAONRONA,
NAMASSE’ RI ADE’ AMMARADEKANGENNA IA TONA PASIAMASENGNGE TAUE RI LALEMPANUA,
PASIO’DANINGNGE TAU TEMMASSEAJINGNGENG, NASSEKITOI ASSEAJINGENNA TANAE.
NAPOALIE’-BIRETTOI TO WAJO’E MARADEKAE, NAIATOSI NAPOASALAMAKENGNGE TO WAJO’E
MAPACCINNA ATINNA NAMALEMPU’, NAMATIKE’, NAMATUTU, NAMETAU’ RI DEWATA SEAUAE,
NAMASIRI’ RIPADANNA TAU. LATONARO KUAE PACCOLLI’I PA’DAUNGNGI WAJO’, PATTAKKEI,
PAPPALEPANGNGI, PAPPARANGA-RANGAI, NALORONG LAO ORAI’, LAO ALAU’, LAO MANINAG,
LAO MANORANG, MATERENG RAUNNA MACEKKE’ RIANNAUNGI RI TO WAJO’E”.
Artinya :
Berkata pula Arung Saotanre Tuan Kita To Taba’ La Tiringeng: ”Yang
membesarkan Wajo, ialah peradilan yang jujur, getang pada adat tetapnya dan
teguh pada adat kebesarannya. Itu pula yang menyebabkan orang-orang saling
mengasihi di dalam negeri, saling merindui orang-orang yang tidak bersanak dan
mengukuhkan persahabatan negeri. Menjadikan pula orang-orang Wajo mulia karena
kebebasannya. Yang menyelamatkan orang-orang Wajo, ialah ketulusan hatinya dan
kejujurannya lagi waspada, berhati-hati, takut kepada Dewata Yang Esa dan
menghargai harkat sesamanya manusia. Yang demikian itulah yang memutikkan dan
mendaunkan Wajo, menangkaikan dan memelepahkan serta melebarkannya, menjalar ke
barat, timur, selatan dan ke utara, rimbun dan dingin daunnya dinaungi oleh
orang-orang Wajo”.
Nilai-nilai luhur yang antara lain dikemukakan di atas, maupun
dalam Lontarak Sukkuna Wajo adalah kearifan yang menjadi jati diri rakyat Wajo,
yang seharusnya kita kembangkan dan lestarikan.
B. ARTI
DAN MAKNA LAMBANG KABUPATEN WAJO
- POHON BAJO
- Bertangkai/cabang tiga ialah bentuk asal daerah Kabupaten Wajo yang terdiri dari tiga Limpo, yaitu :
i.
Majauleng (Benteng Pola)
ii.
Sabbangparu (Talotenreng)
iii.
Takkalalla (Tua)
- Batang lurus ialah bercita-cita tinggi penuh kejujuran
- Daun sebanyak 30 lembar dan hijau melambangkan dewan rakyat wajo (ketika terciptanya republic wajo pada abad XIV) sedang warna hijau cita-cita kemakmuran negeri.
- Pada akar pohon tertulis aksara bugis menyatakan asal perkataan wajo.
- PITA
Pada pita terbentang terdapat salah satu dari pandangan masyarakat /rakyat wajo “MARADEKA TOWAJOE ADENA NAPOPUANG” yang artinya Rakyat Wajo merdeka, konsitusinya yang dipertuan dengan warna hijau di artikan makmur subur. - PADI, JAGUNG, IKAN GULA
Kesemuanya melambangkan kemakmuran yang Pokok Daerah Wajo - LETER W.
Letter w yang terbentuk ornament (hiasan) melambangkan seni ukir (kesenian yang berkembang di kabupaten wajo) - WARNA KUNING DAN MERAH
- merah berarti berani karena benar
- kuning berarti indah dan mulia
- kedua warna tersebut warna simbolis bagi jiwa masyarakat wajo
- WARNA DASAR
Bidang lambang berwarna putih yang diapit merah mencerminkan kepribadian masyarakat / rakyat wajo yaitu keberanian yang disandarkan pada kesucian - BENTUK LAMBANG
Bentuk perisai/tameng artinya kesiapsiagaan menghadapi setiap kemungkinan yang mengancam Masyarakat Wajo.
Sumber
: http://www.depdagri.go.id
3. KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP)
A. SEJARAH
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP)
Di daerah ini pernah hidup
seorang Tokoh Cendikiawan Bugis yang cukup terkenal pada masa Addatuang
Sidenrengdan Addatuang Rappang (Addatuang adalah semacam pemerintahan distrik di masa lalu) yang
bernama 'Nenek Mallomo'. Dia bukan berasal dari
kalangan keluarga istana, akan tetapi kepandaiannya dalam tata hukum negara dan
pemerintahan membuat namanya cukup tersohor. Sebuah tatanan hukum yang sampai
saat ini masih diabadikan di Sidenreng, yaitu: Naiya Ade'e
De'nakkeambo, de'to nakkeana, artinya: Sesungguhnya ADAT
itu tidak mengenal Bapak dan tidak mengenal Anak.
Kata bijaksana itu dikeluarkan Nenek Mallomo' ketika dipanggil
oleh Raja untuk memutuskan hukuman kepada putera Nenek Mallomo' yang mencuri
peralatan bajak tetangga sawahnya. Dalam Lontara' La Toa, Nenek Mallomo'
disepadankan dengan tokoh-tokoh Bugis-Makassar lainnya, seperti I Lagaligo,
Puang Rimaggalatung, Kajao Laliddo dan sebagainya.
Keberhasilan panen padi di Sidenreng karena ketegasan Nenek
Mallomo' dalam menjalankan hukum, hal ini terlihat dalam budaya masyarakat
setempat dalam menentukan masa tanam melalui musyawarah yang disebut TUDANG
SIPULUNG (Tudang = Duduk, Sipulung = Berkumpul atau dapat diterjemahkan sebagai
suatu Musyawarah Besar) yang dihadiri oleh para Pallontara' ahli mengenai buku
Lontara') dan tokoh-tokoh masyarakat adat.
Melihat keberhasilan TUDANG SIPULUNG yang pada mulanya diprakarsai
oleh Bupati kedua, Bapak Kolonel Arifin Nu'mang sebelum tahun 1980, daerah-daerah
lain pun sudah menerapkannya
A. ARTI
DAN MAKNA LAMBANG SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP)
- Tangan yang menggenggam melambangkan semangat kerja persatuan yang kokoh dan kegotong royongan.
- Keris yang berwarna hijau melambangkan sifat-sifat patriotik dan perwira.
- Pita yang berwarna Merah dan Putih melambangkan bahwa penduduk daerah ini turut aktif mengambil bagian dalam perjuangan menentang kolonialisme/imperealisme serta mengikis habis sisa-sisa kontrarevolusioner G 30 S PKI/Atheis.
- Padi melambangkan unsur kemakmuran yang dihasilkan oleh daerah ini sebagai karunia Tuhan yang Maha esa, yang dapat disumbangkan bagi kemakmuran Bangsa dan Negara Indonesia.
- Butir padi sebanyak 17 dalam satu tangkai melambangkan angka keramat dalam perjuangan Bangsa Indonesia yaitu 17 Agustus 1945.
- Warna Kuning Emas pada bulir padi melambangkan ketegasan dalam keyakinan dalam melanjutkan perjuangan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta dirihoi oleh Allah SWT.
- Warna Hijau yang mendasari lambang sebagai simbol kejujuran, simpatik, dan toleransi.
- Warna Putih melambangkan kesucian, kebenaran, dan keadilan.
- Bintang berwarna kuning emas melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyinari segala aspek kehidupan masyarakat Sidenreng Rappang.
- Empat lembar daun padi melambangkan ciri demokrasi telah ditegakkan di daerah ini sejak dahulu melalui pemangku adat yang digelar Pabbicara, dimana setiap keputusan/kebijakan yang Addatuang harus melalui persetujuan pemangku adat.
- Warna Kuning pada daun padi melambangkan kemuliaan keagamaan sebagai ciri masyarakat Sidenreng Rappang.
- Huruf S yang dibentuk oleh daun padi merupakan singkatan dari Sidenreng dan huruf R yang dibentuk oleh bulir padi dan sehelai daun yang melintang pada keris adalah singkatan dari Rappang. Ini melambangkan kesatupaduan dari dua bekas swapraja yang membentuk Kabupaten Sidenreng Rappang.
- Wadah yang dibentuk perisai melambangkan sifat persatuan rakyat dalam menerjang segala macam bentuk ronrongan baik dari dalam maupun dari luar.Lihat Selengkapnya
Sumber : http://www.depdagri.go.id
1. KOTA
PARE-PARE
A. SEJARAH
KOTA PARE-PARE
Diawal perkembangannya dataran tinggi yang sekarang ini, yang
disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang
diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring tempat
tumbuhnya semak-semak tersebut secara liar dan tidak teratur, mulai dari utara
(Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan melalui proses
perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare.
Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang anak
Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah
tersendiri pada tepian pantai karena hobbynya memancing. Wilayah itu kemudian
dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan berdiri sekitar
abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.
Dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “Baik dibuat pelabuhan Kawasan ini”. Sejak itulah melekat nama “Parepare” Kota Pelabuhan. Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi oleh tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-orang, maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian menjadikannya kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan. Di sinilah Belanda bermarkas untuk melebarkan sayapnya dan merambah seluruh dataran timur dan utara Sulawesi Selatan. Hal ini yang berpusat di Parepare untuk wilayah Ajatappareng.
Pada zaman Hindia Belanda, di Kota Parepare, berkedudukan seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber sebagai Pimpinan Pemerintah (Hindia Belanda), dengan status wilayah pemerintah yang dinamakan “Afdeling Parepare” yang meliputi, Onder Afdeling Barru, Onder Afdeling Sidenreng Rappang, Onder Afdeling Enrekang, Onder Afdeling Pinrang dan Onder Afdeling Parepare.
Pada setiap wilayah/Onder Afdeling berkedudukan Controlur atau Gezag Hebber. Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda ini dibantu pula oleh aparat pemerintah raja-raja bugis, yaitu Arung Barru di Barru, Addatuang Sidenreng di Sidenreng Rappang, Arung Enrekang di Enrekang, Addatung Sawitto di Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung Mallusetasi.
Dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “Baik dibuat pelabuhan Kawasan ini”. Sejak itulah melekat nama “Parepare” Kota Pelabuhan. Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi oleh tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-orang, maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian menjadikannya kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan. Di sinilah Belanda bermarkas untuk melebarkan sayapnya dan merambah seluruh dataran timur dan utara Sulawesi Selatan. Hal ini yang berpusat di Parepare untuk wilayah Ajatappareng.
Pada zaman Hindia Belanda, di Kota Parepare, berkedudukan seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber sebagai Pimpinan Pemerintah (Hindia Belanda), dengan status wilayah pemerintah yang dinamakan “Afdeling Parepare” yang meliputi, Onder Afdeling Barru, Onder Afdeling Sidenreng Rappang, Onder Afdeling Enrekang, Onder Afdeling Pinrang dan Onder Afdeling Parepare.
Pada setiap wilayah/Onder Afdeling berkedudukan Controlur atau Gezag Hebber. Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda ini dibantu pula oleh aparat pemerintah raja-raja bugis, yaitu Arung Barru di Barru, Addatuang Sidenreng di Sidenreng Rappang, Arung Enrekang di Enrekang, Addatung Sawitto di Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung Mallusetasi.
Struktur pemerintahan ini, berjalan hingga pecahnya Perang Dunia
II yaitu pada saat terhapusnya Pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1942.
Pada zaman kemerdekaan Indonesia tahun 1945, struktur pemerintahan disesuaikan dengan undang-undang no. 1 tahun 1945 (Komite Nasional Indonesia). Dan selanjutnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1948, dimana struktur pemerintahannya juga mengalami perubahan, yaitu di Daerah hanya ada Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) dan tidak ada lagi semacam Asisten Residen atau Ken Karikan.
Pada zaman kemerdekaan Indonesia tahun 1945, struktur pemerintahan disesuaikan dengan undang-undang no. 1 tahun 1945 (Komite Nasional Indonesia). Dan selanjutnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1948, dimana struktur pemerintahannya juga mengalami perubahan, yaitu di Daerah hanya ada Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) dan tidak ada lagi semacam Asisten Residen atau Ken Karikan.
Pada waktu status Parepare tetap menjadi Afdeling yang wilayahnya
tetap meliputi 5 Daerah seperti yang disebutkan sebelumnya. Dan dengan
keluarnya Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan dan pembagian
Daerah-daerah tingkat II dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, maka ke empat
Onder Afdeling tersebut menjadi Kabupaten Tingkat II, yaitu masing-masing
Kabupaten Tingkat II Barru, Sidenreng Rappang, Enrekang dan Pinrang, sedang
Parepare sendiri berstatus Kota Praja Tingkat II Parepare. Kemudian pada tahun
1963 istilah Kota Praja diganti menjadi Kotamadya dan setelah keluarnya UU No.
2 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka status Kotamadya berganti
menjadi “KOTA” sampai sekarang ini.
Didasarkan pada tanggalpelantikan dan pengambilan sumpah Walikotamadya Pertama H. Andi Mannaungi pada tanggal 17 Februari 1960, maka dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No. 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya Parepare tanggal 17 Februari 1960.
Didasarkan pada tanggalpelantikan dan pengambilan sumpah Walikotamadya Pertama H. Andi Mannaungi pada tanggal 17 Februari 1960, maka dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No. 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya Parepare tanggal 17 Februari 1960.
B. ARTI
DAN MAKNA LAMBANG KOTA PARE-PARE
Bendera
Merah Putih
· Bendera kebangsaan Negara
Republik Indonesia, Perlambang Persatuan dan Kesatuan dari Rakyat Indonesia;
·
Warna merah adalah Melambangkan
Keberanian;
·
Warna Putih adalah Melambangkan
Kesucian.
Bintang Persegi Lima warna
kuning emas mengandung makna :
·
Pancasila sebagai falsafah
hidup rakyat dan negara RI;
·
Cita-cita luhur dari rakyat
Parepare untuk mencapai taraf hidup yang layak dan yang lebih baik dari masa
lampau.
Perahu
(Bentuk Lambo) dengan layar terkembang, yang seluruhnya berwarna putih diatas
tiga gelombang laut yang berwarna biru mengandung makna :
·
Kekayaan yang dimiliki Bangsa
Indonesia di lautan;
· Bahtera sebagai sarana yang
digunakan untuk mencapai cita-cita menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Pohon
Kelapa, Buah, Padi, Bunga Kapas ketiga-tiganya adalah termasuk bahan pokok
keperluan sandang, pangan, yang melambangkan kemakmuran dengan makna sebagai
berikut :
·
Pohon kelapa warna hitam
melambangkan keuletan/kekokohan;
·
Warna kuning pada buah padi
melambangkan keluhuran dan kebesaran;
·
Warna putih bersih pada bunga
kapas melambangkan kesucian.
Garis
Sejajar yang berwarna hitam dan putih pada sekeliling pinggir perisai melambangkan
ketahanan yang kokoh dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nan manual dan
kesinambungan.
Sumber : http://www.depdagri.go.id