=============
★ Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Wajib atas suami untuk menafkahi dan memberi pakaian kepada istri.”
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny menjelaskan:
Di antara hak istri atas suaminya adalah dinafkahi dan diberi pakaian dengan cara yang baik.
Sebagaimana suami memiliki hak atas istrinya, demikian pula istri memiliki hak atas suaminya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika mereka
menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.”
[an-Nisa: 34]
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik.” [an-Nisa: 19]
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), ” Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang
baik.” [al-Baqarah: 228]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Sesungguhnya istrimu memiliki hak atasmu.” [Muttafaqun 'alaih]
Jadi, wanita memiliki hak atas suaminya sebagaimana suami juga memiliki hak atas istrinya.
Di antara hak istri atas suami adalah nafkah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” [al-Baqarah: 233]
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” [al-Baqarah: 233]
Perintah ini ditujukan untuk suami.
Jadi, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dan memberi pakaian kepadanya.
Jadi, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dan memberi pakaian kepadanya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Mu’awiyah
al-Qusyairi, beliau berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah, “Apa hak
istri atas kita?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau memberinya makan, jika
engkau makan; dan engkau memberinya pakaian, jika engkau berpakaian;
janganlah engkau memukul wajah, mencelanya, dan memboikot istri kecuali
di rumah.”
Inilah hak istri atas suami.
Maka, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dengan cara yang baik.
Dan termasuk dari nafkah adalah pakaian.
Maka, wajib atas suami untuk menafkahi istrinya dengan cara yang baik.
Dan termasuk dari nafkah adalah pakaian.
Bagi para istri,
Janganlah engkau menyusahkan suamimu (dengan berbagai tuntutanmu).
Hendaklah engkau bersabar atas kefakiran dan sedikitnya harta suamimu.
Janganlah engkau menyusahkan suamimu (dengan berbagai tuntutanmu).
Hendaklah engkau bersabar atas kefakiran dan sedikitnya harta suamimu.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” [ath-Thalaq: 7]
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.” [ath-Thalaq: 7]
Barang siapa yang diluaskan rezekinya oleh Allah, hendaknya
dia berbuat baik kepada istri dan anak2nya serta menyenangkan mereka,
karena hal ini termasuk mempergauli mereka dengan cara yang baik.
(Asy-Syaikh Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsir
terhadap ayat di atas, “Hendaklah orang yang kaya (mampu), menafkahi
(istrinya) dari kekayaannya, dan janganlah dia menafkahi istrinya
seperti nafkah yang diberikan oleh orang yang fakir-pen).
Akan tetapi, tentunya nafkah yang diberikan itu tidak
berlebih-lebihan, boros, menghambur-hamburkan harta, dan tidak
merusak/menimbulkan dampak yang buruk bagi mereka.
Karena, terkadang dengan banyaknya nafkah, harta, dan pemberian, hal itu justru tidak baik dan merusak mereka.
Wallahu a’lam bish shawab.
*******
★Asy-Syaikh
as-Sa’di berkata, ” Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Pergaulilah
mereka (para istri) dengan cara yang baik.’” [an-Nisa: 19]
Di antara hak istri atas suami adalah mendapatkan hak di ranjang (jimak).
Telah
lewat pada penjelasan yang lalu bahwa di antara tujuan pernikahan
adalah menjaga kehormatan dengan melakukan perkara yang dihalalkan oleh
Allah atas suami istri, yaitu jimak.
Hendaklah suami memerhatikan dan menunaikan hak istri pada sisi ini.
Janganlah sang suami sampai menelantarkan dan meninggalkan istri pada sisi ini, sehingga istri tidak mendapatkan haknya.
Janganlah sang suami sampai menelantarkan dan meninggalkan istri pada sisi ini, sehingga istri tidak mendapatkan haknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
قَالُوا: يَا رَسُولَ الله أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ
فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ
عَلَيْهِ فِيهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ
لَهُ أجر
” Dan pada hubungan jimak kalian juga sedekah.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang melampiaskan syahwatnya dia mendapatkan pahala?
Beliau menjawab, “Bukankah kalau dia melampiaskannya pada yang haram, dia berdosa?
Maka begitulah, jika dia melampiaskannya pada yang halal, dia pun mendapatkan pahala.” [Muslim]
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang melampiaskan syahwatnya dia mendapatkan pahala?
Beliau menjawab, “Bukankah kalau dia melampiaskannya pada yang haram, dia berdosa?
Maka begitulah, jika dia melampiaskannya pada yang halal, dia pun mendapatkan pahala.” [Muslim]
Di antara hak istri atas suami sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٍ
“Berbuat baiklah kepada wanita. Sesungguhnya istrimu ibarat tawanan di sisimu.”
Perhatikan wahai para suami, camkan dan resapi maknanya!
Sesungguhnya istrimu itu ibarat tawanan di sisimu.
Maka, berbuat baiklah kepada tawananmu.
Suami adalah pemimpin.
Akan tetapi, hendaknya dia berlemah lembut terhadap istri.
Sesungguhnya istrimu itu ibarat tawanan di sisimu.
Maka, berbuat baiklah kepada tawananmu.
Suami adalah pemimpin.
Akan tetapi, hendaknya dia berlemah lembut terhadap istri.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka akan
menjauh dari sekelilingmu.” [Ali Imran: 159]
Sekali lagi, suami hendaknya yang lembut terhadap istri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
bimbingan untuk berlemah lembut terhadap tawanan, dan berbuat baik
kepadanya, serta bersabar terhadap gangguan yang datang darinya dalam
rangka meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau adalah sayyid bani Adam, sebaik-baik manusia.
Istri beliau adalah sebaik-baik wanita.
Tapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bersabar ketika dijauhi oleh sebagian istrinya sehari penuh.
Istri beliau adalah sebaik-baik wanita.
Tapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bersabar ketika dijauhi oleh sebagian istrinya sehari penuh.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan pergaulilah
mereka dengan cara yang baik. Jika kamu tidak menyukai mereka,
(bersabarlah). Bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [an-Nisa: 19]
Wahai suami,
Jika engkau tidak suka kepadanya, bersabarlah dan janganlah engkau terburu-buru menceraikannya!
Jika engkau tidak suka kepadanya, bersabarlah dan janganlah engkau terburu-buru menceraikannya!
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bisa jadi kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” [an-Nisa: 19]
Walaupun terkadang istri telah menyakiti hatimu, bersabarlah!Jika engkau bersabar terhadapnya, semoga Allah memperbaiki istrimu di masa mendatang, dan menjadikannya qurrata a’yun (penyejuk hatimu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah sampai seorang mukmin
(suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)
perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Inilah timbangan bagi kalian!
Wahai suami, janganlah engkau meminta kesempurnaan pada istrimu.
Lihatlah di sekelilingmu!
Ternyata di antara laki2 saja, sedikit yang memiliki akhlak dan perangai yang sempurna.
Terkadang dia kelihatan baik, tapi lambat laun ternyata dia juga memiliki sifat yang jelek, walaupun itu jumlahnya satu, dua, tiga, atau empat.
Wahai suami, janganlah engkau meminta kesempurnaan pada istrimu.
Lihatlah di sekelilingmu!
Ternyata di antara laki2 saja, sedikit yang memiliki akhlak dan perangai yang sempurna.
Terkadang dia kelihatan baik, tapi lambat laun ternyata dia juga memiliki sifat yang jelek, walaupun itu jumlahnya satu, dua, tiga, atau empat.
Demikian pula halnya wanita. Apabila kesempurnaan jarang
terdapat pada laki2, bagaimana mungkin engkau menuntut kesempurnaan pada
wanita.
Lihatlah, terkadang wanita itu kurang bagus akhlaknya, tapi agamanya bagus.
Terkadang pula agamanya bagus, akan tetapi pemboros (kurang bisa mengelola keuangan dengan baik).
Terkadang dia cantik, tapi buruk perangainya.
Terkadang ada sifat buruk, tapi dia penyayang terhadapmu, anak2, dan orang tuamu.
Terkadang, terkadang, dan terkadang,…
Walhasil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sampai seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Terkadang pula agamanya bagus, akan tetapi pemboros (kurang bisa mengelola keuangan dengan baik).
Terkadang dia cantik, tapi buruk perangainya.
Terkadang ada sifat buruk, tapi dia penyayang terhadapmu, anak2, dan orang tuamu.
Terkadang, terkadang, dan terkadang,…
Walhasil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah sampai seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri); jika dia tidak suka kepada (beberapa)perangainya, pasti dia akan suka terhadap perangai yang lain.” [Muslim]
Sikap inshaf (adil), jujur, dan dewasa sangatlah diperlukan.
Hendaklah dia adil dan jujur terhadap dirinya.
Ketahuilah, sebagaimana engkau mengakui segala kekurangan yang ada pada dirimu, janganlah engkau menuntut kesempurnaan pada orang lain, terkhusus kepada wanita (istri).
Hendaklah dia adil dan jujur terhadap dirinya.
Ketahuilah, sebagaimana engkau mengakui segala kekurangan yang ada pada dirimu, janganlah engkau menuntut kesempurnaan pada orang lain, terkhusus kepada wanita (istri).
Wallahu a’lam bish shawab.
Bersambung, insya Allah…
Sumber :
Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh asy-Syaikh
Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits
al-Fiyush. Disusun Oleh: Al Ustadz Abu Umar Ibrohim Fiyuz Yaman,
Dikumpulkan Oleh: dr. Abu Hana El-Firdan
Forward dari WhatsApp SalafyIndonesia
0 komentar:
Posting Komentar